Trauma Kotak-Kotak: Belajar marketing Dari Djokowi

By | 03:43 1 comment
"Solo Mayor Joko Widodo who was a Marketing Champion 2010, finalist Marketer of the Year 2010".

Mungkin sedikit orang yang tau kalau Djoko Widodo mendapatkan tiitle marketer of the year tahun 2010 pada acara tahunannya Markplus, inc yaitu Markplus Conference.  Yang selalu diadakan tiap tahun, untuk memprediksi perkembangan pemasaran pada tahun yang akan datang.

Tadi pas pencoblosan juga iseng-iseng nanya ke temen yang jadi petugas di tps, "eh, kalo yang kotak-kotak boleh masuk gak tuh?" Jangan-jangan karna kemarin-kemarin salah satu calon gubernurnya kampanye pake atribut kota-kotak, nantinya orang yang cuma punya baju kota-kotak di rumah dengan motif kotak-kotak yang lain, gak boleh ikut nyoblos lagi :P.

Dilihat dari strategi berpakaian pun sudah berbeda, brand dilapisi baju kotak-kotak. Selama ini mungkin kebanyakan tim sukses hanya berfikir, yang penting dapet anggaran untuk beli kaos, dan bagaimana caranya supaya anggaran tersebut dapat sebanyak mungkin masuk ke kantong pribadi, dan jadilah baju kampanye yang biasanya abis selesai langsung jadi gombal atau kain pel.

Biasanya juga dalam atribut baju kampanye terlihat foto pasangan atau lambang partai tertentu yang menyokongnya, tapi kita lihat, pada atribut baju kampanye Djokowi, Brand baju kotak-kotak ini membuat bias, saat pencoblosan. Mungkin beberapa orang yang hadir ke TPS dengan baju kotak-kotak bisa langsung dicurigai sebagai pendukung Djokowi, padahal belum tentu juga.

Untuk Strategi Segmentasi, tentunya pasangan ini menargetkan segmen kelas menengah kebawah dan demografi warga Jawa yang tinggal di Jakarta. Target lain adalah orang-orang rasional dengan pendekatan penjelasan yang rasional untuk membangun Jakarta kedepannya.

Pencitraan yang dibombardir Djokowi sebelum pencalonan DKI 1 memang terbukti berhasil. Banyak mungkin yang beranggapan pencitraan itu jelek, tetapi pencitraan itu memang penting, dan yang lebih penting lagi pencitraan harus diiringi dengan kualitas produk yang sesuai dengan apa yang dicitrakan, kalau tidak brand tersebut akan rusak dengan sendirinya.

Pertarungan untuk menjadi DKI 1 ini, merupakan pertarungan antara tim sukses berbasis anggaran dengan strategi pemasaran kreatif. pelajaran dari pertarungan ini dapat menjadikan pilkada maupun pilpres kedepannya bertarung secara lebih kreatif. Tapi yang perlu diingat, kreatif saja tidak cukup brandnya harus memiliki karakter juga. Karena secantik apapun brand yang buruk dipoles, akhirnya akan luntur juga.


Newer Post Older Post Home

1 comment:

  1. heem aku setuju banget. Kreatif kuncinya, seperti klo di luar negeri itu Obama. yg kampanye dengan menempelkan fotonya di setiap cela atau barang yang sering di kenakan di tambahkan dengan sedikit kata-kata seperti gelas atau lainnya.

    ReplyDelete