Akio Morita Sang Pendiri Sony: "Marketing=Kreativitas"

By | 22:42 Leave a Comment

Seiring dengan perjalanan waktu banyak pengalaman dan cerita yang kita temui. Pengalaman yang baik akan menjadi sumber motivasi sebagai pendorong menjadi lebih baik. Pengalaman yang buruk menjadi sumber pembelajaran dan perbaikan dari situasi saat ini.

Sony, merek yang sering kita dengar dalam keseharian kita terutama pada perangkat elektronik. Pada awalnya, Sony dibangun dari toko perbaikan radio, didirikan oleh Masuru Ikura dan Akio Morita setelah Perang Dunia II. Sony mulai terjun dalam produksi perangkat elektronik pada tahun 1957, yang dimulai dari produksi transistor radio ukuran saku.

Sony sendiri diambil dari kata “sonus” yang artinya suara. Kemudian Sony mengembangkan trasistor TV dan perekam perekam suara dengan kaset. Dan pada tahun 1979, Sony berinovasi menciptakan alat baru portable dimana pendengar musik dimungkinkan mendengarkan musik kapan pun dimana pun. Perangkat ini salah satu legenda inovasi produk, alat ini yang akan sering kita sebut dengan nama walkman. Sony menjadi market leader di industri elektronik dan menjadi perusahaan Jepang pertama yang meperdagangkan sahamnya di bursa efek New York.

Pada tahun 1980, Sony mulai melakukan ekspansi ke industri media dengan membeli perusahaan rekaman Amerika (CBS dengan 22 juta dollar) dan studio film Hollywood (Columbia Pictures sebesar 4.9 juta dollar). Langkah strategis ini menjadikan Sony berpengaruh besar dalam industri hiburan.

Akio Morita menganggap marketing adalah salah satu aspek penting dalam perusahaan untuk meraih kesuksesan. Menurutnya, untuk dapat tumbuh berkembang, perusahaan setidaknya harus memiliki tiga jenis kreatifitas: kreatifitas untuk membuat pengembangan, kreatifitas dalam perencanaan produk dan produksi, dan kreatifitas pemasaran.

Namun kreatifitas di sini tidak berarti hanya dengan membuat iklan yang bagus, namun juga mencoba menggali lebih dalam informasi mengenai konsumen. Contohnya, promosi untuk salah satu lini produknya yakni Sony PlayStation, Sony mencoba memasukan unsur emosi ke dalam benak konsumen seperti kesenangan, penasaran, panik, atau intrik-intrik yang mengundang minat konsumen memerhatikan media promosi perusahaan.

Pemasaran Sony juga dikenal akan evaluasinya, mereka melibatkan pengukuran yang cermat akan efektifitas program pemasaran. Sony seringkali menggunakan iklan pada film bioskop sebagai media promosi. Untuk promosi Sony PlayStation saja, Sony beriklan di lebih dari 1.800 teater dan di lebih dari 8.000 layar bioskop. Bagi Sony, iklan di media film sangat efektif dan mereka telah melakukannya selama bertahun-tahun.

Sony juga mengembangkan jasa pelayanan pengukuran efektivitas marketing pada perusahaan lain. Produk ini disebut eBridge dimana memungkinkan pemasar menggunakan video, mengukur efektifitas program, dan mencari insight dari target audience.

Namun pada tahun-tahun belakangan, Sony berjuang keras dalam persaingan di berbagai lini produk, mereka berusaha untuk kembali menguasai pasar di beberapa pasar baik di Jepang maupun dunia. Langkah strategis Sony tahun 2011 telah dibahas pada artikel Mengintip Sony dan Metamorfosis Sony Mobile Communications

Artikel ini disadur dari Marketing Management 12th karangan Philip Kotler dan Kevin Lane Keller
Newer Post Older Post Home

0 comments: