Manajemen Nyentrik Giordano

By | 12:53 Leave a Comment

Bila berjalan-jalan di mall di area Jakarta dan kota-kota lain kita sering menemukan Giordano. Biasanya suasana toko didesain dengan warna-warna cerah dan pelayanan yang cukup baik. Setidaknya ada enam hal yang Anda temukan ketika mengunjungi Giordano: konsumen akan diberi salam dengan ramah, pelayan akan mencoba menemukan barang yang dicari, terkadang mereka memberi usulan padanan pakaian yang cocok, ketika sudah siap untuk membeli pramuniaga akan mengarahkan konsumen kepada kasir, dan akhirnya memberikan salam kembali sebagai tanda terima kasih. Pelayanan ini dibuat standar di semua toko Giordano untuk memberikan pelayanan yang prima untuk konsumen.

Giordano didirikan tahun 1980 oleh Jimmy Lai di Hongkong. Gaya manajemennya tidak konvensional dan penuh warna. Lai berada di kantor kurang dari enam jam setiap harinya dan tidak lebih dari empat hari per minggu. Jimmy Lai dikenal sangat “nyentrik” ia tida pernah membuat alokasi untuk “entertaining” dalam hal bisnis, menganggap budgeting, proyeksi finansial, gelar pendidikan tinggi, dan riset pasar tidak ada gunanya. Nama Giordano sendiri diambil dari nama Pizza dari New York yang memberi kesan lebih canggih.

Pada tahun 1987, Lai mulai menyadari operasionalisasi rantai nilai yang tidak efisien cukup mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Hal ini membuat Giordani melakukan perubahan strategis dan melakukan benchmark pada perusahaan lain yang menjalankan bisnis dengan baik. Dengan mengobservasi bisnis dunia barat, Lai mengadaptasi sistem komputerisasi (dari The Limited), menu yang terkontrol dengan baik (dari McDonald’s), penghematan (dari Wal-Mart), dan pricing berdasarkan value (Mark & Spencer). Hasilnya sejak perubahan strategis ini, Giordano mengalami peningkatan penjualan sebanyak empat kali liat dari asalnya 712 juta dollar pada tahun 1989 menjadi 2.863 juta dollar.

Mungkin bisa kita rasakan ketika masuk ke toko Giordano, gaya perusahaan ini dalam menjalankan bisnis secara fleksibel. Budaya Giordano banyak terpengaruh oleh gaya Jimmy Lai yang menekankan fleksibilitas dan pembelajaran melalui trial error. Membuat kesalahan dianggap sebagai bagian dari pembelajaran dan bukan menjadi hambatan untuk kemajuan ke depannya. Kesalahan dianggap sebagai titik cerah, membuat pelaku bisnis mengetahui apa yang tidak dapat berjalan dan mengarahkan perusahaan ke arah yang benar. Jimmy percaya bahwa membuat kesalahan tidak dapat dihindarkan mengingat lingkungan bisnis terus berubah dengan cepatnya. Menurutnya perkembangan ini juga sebagai cerminan perubahan perilaku konsumen akibat derasnya informasi, teknologi, dan inovasi yang memberi stimulasi dengan kuatnya.

Gaya manajemen perusahaan cenderung easy going. Di kantornya, Giordano mendesain sedemikian rupa agar karyawan berkomunikasi dengan lancar, merespon, dan mengambil keputusan mengenai segala sesuatu dengan cepat. Inti bisnis dari Giordano adalah bagaimana menyediakan produk dengan value yang baik, pelayanan yang berkualitas, dengan harga yang terjangkau. Meskipun kini Jimmy Lai tidak memiliki saham dalam Giordano. Jimmy Lai berhasil menerapkan nilai-nilai dan membentuk budaya perusahaan Giordano dengan baik.

Artikel ini diadaptasi dari buku Case in Marketing Management and Strategy karangan John A, Quelch, Siew Meng Leong, Swee Hoon Ang, dan Chin Tiong Tan
Newer Post Older Post Home

0 comments: