Strategi Marketing Politik di 2014

By | 03:35 Leave a Comment
Sebelumnya mari kita saksikan terlebih dahulu beberapa patah kata dari salah seorang marketer politik of the year yang sudah teruji dan terbukti dan diakui tentunya oleh banyak orang, silahkan menonton video songkat ini terlebih dahulu!:

Melihat pernyataan Pak Joko Widodo yang lebih dikenal akrab dengan panggilan Jokowi dalam video di atas terdengar sangat sederhana sekali bukan? Dalam perkataan memang terlihat sangat sederhana dan mudah, namun dalam pelaksanaannya membutuhkan konsistensi dan komitmen yang tinggi, serta melakukan personal branding dengan karakter yang unik dan dicintai masyarakat.

Marketing politik pada dasarnya adalah variasi dari strategi komunikasi pemasaran untuk mempromosikan seorang atau proyek politik dengan menggunakan model teknik pemasaran komersial yang dapat digunakan oleh organisasi-organisasi politik untuk pencapaian tujuan dalam hal program politik atau dalam memengaruhi perilaku para pemilih dengan melakukan serangkaian aktivitas pemasaran yang dirancang dengan baik.

Lebih spesifiknya bagaimana?
Dalam video pidato singkat pak Jokowi di atas beliau menyebut beberapa element ini: Positioning, Differensiasi, Brand, Promosi. Keseluruhan strategi tersebut dalam serial Nine core element marketing Hermawan kartajaya diulas dengan gamblang bagaimana kesembilan element marketing (segmentasi, targeting, positioning, selling, marketing mix, differensiasi, brand, service, dan proses) digabungkan menjadi serangkaian strategi, taktik, dan pengkomunikasian nilai untuk memenangkan Mind share, Market share, dan Hearth Share.

Keseluruhan element tersebut yang telah terdefinisikan atau telah dirancang terlebih dahulu, kemudian dikomunikasikan melalui strategi MARKETING COMMUNICATIONS MIX, yang antara lain:  Advertising, Sales promotion, Events and experiences, Public relations and publicity, Direct marketing, Word-of-mouth marketing, dan Personal selling.

Bagaimana Dengan 2014?
Seiring perkembangan zaman dan dunia teknologi Hermawan meluncurkan konsep dan strategi marketing baru yang disebut New Wave Marketing yang merupakan pengembangan dari 9 Core Element. From 9 Core Element to The 12Cs New Wave Marketing. Intinya New Wave Marketing merupakan strategi pernasaran secara horizontal, eksperiensial, dan komunal yang dilakukan secara online maupun offline sehingga tercipta suatu keadaan pasar yang selalu connected, catalyzed, dan civilized. Berbeda dengan Legacy Marketing, New Wave Marketing lebih mengedepankan pendekatan low budget, high impact.

1. Segmentation menjadi Communitization
Communitization adalah upaya membentuk suatu komunitas atau memanfaatkan komunitas yang ada. Dalam komunitas terjadi hubungan yang erat karena ada kesamaan interest atau values. Jika segmentasi, anggotanya tidak peduli satu dengan yang lainnya karena pembentukannya dilakukan oleh perusahaan sehingga sifatnya vertikal. Pelanggan dianggap berada di bawah produsen.

2.Targeting menjadi Confirming
Setelah mengidentifikasi sejumlah komunitas, kita akan mengconfirm ke komunitas mana kita akan bergabung (join). Dengan confirming kita berupaya menguji kebenaran sesuatu dan menghilangkan semua keraguan yang ada dengan mencari fakta‑fakta yang kuat. Kita harus menemukan komunitas yang mampu memberikan manfaat secara optimum. Sementara targeting dilakukan oleh perusahaan. Suka tidak suka, setuju tidak setuju, seseorang bisa menjadi target market sebuah perusahaan. Hal ini memang sedari awal, sejak proses segementasi orang tersebut tidak pernah menjadi subyek, hanya menjadi obyek.

3.Positioning menjadi Clarifying
Positioning berarti apa yang kita inginkan di benak konsumen ketika mereka mendengar brand kita. Berkaitan dengan persepsi bukan peringkat produk di pasar. Misalnya Mercy, BMW dan Volvo. Produk yang hampir sama bisa punya positioning berbeda. Positining merupakan strategi untuk membangun kredibilitas di mata pelanggan. Sementara clarifying adalah melakukan klarifikasi pada confirmed‑community. Clarifying bermakna memperjelas sesuatu. Dengan melakukan klarifikasi, berarti kita memperjelas persona atau karakter kita kepada komunitas yang sudah kita confirm sebelumnya. Kita harus bisa menjawab, siapa diri kita yang sebenarnya, what is our color. Hal ini perlu dilakukan karena persepsi atau positioning tentang diri kita bisa terbentuk dari beragam pihak: dari perusahaan kita sendiri, dari pelanggan, dari media massa, dan bahkan dari pesaing kita. Dengan klarifikasi, kita memperjelas makna karakter kita kepada suatu komunitas. Setelah itu, klarifikasi ini akan berjalan di antara para anggota komunitas itu dengan sendirinya tanpa perlu melibatkan kita lagi.

4. Differentiation menjadi Coding
Diferensiasi merupakan upaya menciptakan perbedaan‑perbedaan yang signifikan pada sebuah merek. Diferensiasi sifatnya lebih konkret. Sebuah merek harus benar‑benar berbeda dalam hal konten (apa yang ditawarkan), konteks (bagaimana cara menawarkannya), dan infrastruktur (enabler) yang digunakan untuk menciptakan konten dan konteks. jika di STRATEGI kita musti punya customer knowledge, di TAKTIK kita harus punya competitor knowledge, maka dalam New Wave Marketing yang harus dilakukan bukanlah membangun diferensiasi, tapi CODING. Karena pesaing di lanskap New Wave semakin tidak terbatas. Perusahaan semakin sulit membangun positioning dan diferensiasi yang benar‑benar unggul, yang sulit ditiru oleh pesaing dan sekaligus juga diingat pelanggan. Karena itu, perusahaan harus dapat memasukkan diferensiasi tadi ke dalam “DNA” mereknya maupun pelanggannya.

5. Product manjadi Co‑Creation
Produk adalah element urutan pertama dari Marketing‑Mix, selain harga (price), saluran distribusi (place), dan komunikasi (promosi). Bukan hanya benda‑benda yang berwujud (tangible), namun juga termasuk benda‑benda nirwujud (intangible). Ada product lifcycle, dari Product Development, Introduction, Growth, Mature, dan Decline, dan banyak lagi konsep tentang produk. Dalam New Wave, produk tak relevan lagi, karena statis, bersifat satu arah dan berasal dari satu sumber. Sementara Co‑Creation cenderung lebih dinamis, bersifat interaktif dan berasal dari multisumber. Ponsel misalnya, pelanggannya saat ini bisa memodifikasi sendiri, misalnya menambah pernak‑pernik atau mengganti wall papernya. Tidak sama persis dengan produk keluaran perusahaan. Pelanggan bisa memberi masukan ke produsen.

6. Place menjadi Communal Activation
Place atau saluran distribusi dalam Legacy Marketing bukan lagi berbentuk perusahaan ‑perusahaan distributor atau peritel. Di era New Wave berupa Comunal Acivation, yaitu upaya mengaktifkan sebuah komunitas lewat para pernimpin/aktivis kemunitas. Orang‑orang itulah yang akan bicara Co‑Creation, mempromosikan, dan menjuaInya. Mengelola para aktivis komunitas bagi produsen akan lebih efektif ketimbang saluran distribusi tradisional. Mereka bisa bicara dengan “bahasa” komunitas, sangat memahami harapan anggota dan semakin berperan sebagai perantara antara produsen dan pelanggan.

7. Promotion menjadi Conversation
Promosi punya 3 tujuan, menginformasikan, membujuk dan mengingatkan pelanggan. Terdiri dari 5 element yang disebut marketing communication mix (MCM), yaitu advertising, public relations, personal selling, direct marketing, dan sales promotion. Belakangan setelah era internet, MCM bertambah banyak, ada event, internet, SMS, multimedia marketing, dll. Semua itu sifatnya top‑down, vertical, dan one‑to‑many. Dalam era New Wave Marketing lebih tepat disebut Conversation yang sifatnya horizontal, dua arah dan many‑to‑many. Conversation berarti terjadi diskusi alias interaksi antara dua pihak yang kedudukannya setara, juga low budget high impact marketing. Di sini kebenaran bukan hanya versi perusahaan, tapi kebenaran bersama. Pelanggan tentu lebih bisa menerima

8. Selling menjadi Commercialization
Selling merupakan taktik untuk menciptakan relasi jangka panjang dengan pelanggan melalui produk perusahaan. Ada 3 tingkat selling, yaitu: feature selling, benefit selling, dan solution selling. Dalam era New Wave Marketing, istilah yang tepat bukan selling lagi, tapi comersialization. Bersifat dua arah, terjadi proses pertukaran value antara perusahaan dan pelanggan, dan tidak dilakukan secara langsung. Perusahaan harus berupaya melakukan engagement dengan pelanggan sebagai pihak yang setara.

9. Brand menjadi Character
Perusahaan melakukan langkah pengelolaan merek (brand) untuk meningkatkan value terhadap produk/jasa yang ditawarkan. Merek inilah yang pada akhirnya akan menjadi pembeda antara satu produk dengan produk lainnya. Value (customer value) adalah hal-hal yang diterima pelanggan ketika membeli produk dibandingkan apa yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan produk tersebut. Dalam era New Wave, ini disebut dengan Character. “Baju” atau kemasan merek bisa berganti-ganti, namun kita tetap akan bisa mengenali karakternya. Contohnya adalah logo MTV dan avatar seseorang di Yahoo. Tidak ada yang baku, selalu berubah-ubah tapi tetap bisa dikenali.

10. Service menjadi Caring
Servis merupakan element kedua dari Value Pemasaran untuk memenangkan heart share, selain merek dan proses. Servis itu sudah taken for granted, sudah jadi sesuatu yang memang seharusnya ada. Semua perusahaan sudah melakukannya, semua pelanggan juga sudah mengharapkan nya. Bukan sesuatu yang luar biasa lagi. Caring is beyond service. Bagaimana pemasar bisa benar-benar memperhatikan pelanggan layaknya manusia. Dalam servis kita belajar dari hospitally business yang akibat terjeleknya pelanggan akan merasa tidak puas. Sementara caring belajar dari hospital business yang akibat terjeleknya, nyawa pasien jadi taruhannya. Dengan cara pandang ini, New Wave Marketers akan benar-benar memperhatikan pelanggannya. Dengan menerima caring, pelanggan bukan hanya akan merasa puas, tetapi juga bisa menjadi “manusia baru” layaknya seorang pasien yang baru selesai menjalani perawatan.

11. Process menjadi Collaboration
Proses adalah element terakhir dari Value Pemasaran sekaligus 9 element Inti Pemasaran. Secara garis besar sebuah perusahaan melakukan 3 jenis proses yaitu Routine Delivery Order (mengantarkan produk & servis ke pelanggan), Customer Handling (penanganan layanan/keluhan pelanggan), dan New Product Development (dari tahap penggagasan hingga penjualan ke pelanggan sebuah produk/layanan baru). Tujuannya adalah meningkatkan kualitas dengan biaya seminimal mungkin dan secepat mungkin. Quality, Cost, Delivery (QCD). Dalam era Vew Wave, islitah proses diganti dengan collaboration. Perusahaan harus menjalin kolaborasi dengan banyak pihak agar bisa lebih kompetitif dan menawarkan value yang lebih tinggi kepada pelanggan. Kemampuan perusahaan untuk memilih dan menjalin kerja sama dengan mitra yang tepat akan menentukan daya saingnya di lanskap New Wave yang seperti galaksi tanpa batas ini.


Yang perlu di perhatikan bagi para konsultan marketing politik, New Wave Marketing ini bukan merupakan subtitusi dari nine core element, melainkan kedua strategi ini harus dikolaborasikan dan dikomunikasikan kepada masyarakat, sehingga tujuan yang direncanakan dapat tercapai atau bahkan melebihi dari apa yang diharapkan sebelumnya alias "NJEBLUG".
Newer Post Older Post Home

0 comments: