Purdi E Chandra Pendiri Primagama Bangkrut

By | 20:00 2 comments
Teringat beberapa tahun yang lalu, ketika virus pengusaha sedang di sebar luaskan, Purdi E Chandra merupakan salah satu pengusaha yang menjadi langganan sebagai pembicara/motivator dengan tema Entrepreneurship yang mengkisahkan perjuangannya dalam membangun bimbingan belajar Primagama.

Purdi E. Chandra sang bos Primagama kini menjadi tren pemberitaan media. Kali ini bukan karena kisah suksesnya atau pembukaan usaha baru lainnya,tetapi karena terlilit kasus pailit alias bangkrut.

Pengadilan Niaga Jakarta memutuskan pailit pendiri bimbingan belajar Primagama Purdi E Chandra, setelah upaya perdamaian PT BNI Syariah selama masa PKPU (Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang) tidak membuahkan hasil. Dengan keputusan ini, pihak termohon langsung mengajukan kasasi.

Majelis hakim yang dipimpin oleh Lidya Sasando dalam sidang di Pengadilan Niaga mengatakan hakim pengawas melaporkan tidak tercapainya kesepakatan perdamaianan. Dalam putusannya, majelis hakim juga mengangkat kembali tim pengurus yang lama sebagai kurator dan Amin Sutikno menjadi hakim pengawas.

Sayangnya, tim pengurus dan kuasahukum pemohon tidak bersedia memberikan komentar terhadap putusan ini maupun menyebutkan identitas. Sementara kuasa hukum Purdi Bambang Heriarto menerangkan perdamaian tidak tercapai lantaran ada satu kreditur konkuren yang tidak bersedia berdamai.Adapun terkait putusan ini, pihaknya akan segera mengajukan kasasi.

Purdi E. Chandra lahir di Lampung 9 September 1959. Dia mulai berbisnis sejak ia masih duduk di bangku SMP di Lampung, yaitu ketika dirinya mulai beternak ayam dan bebek, dan kemudian menjual telurnya di pasar. Sosok Purdi E. Chandra kini dikenal sebagai pengusaha yang sukses. Bisnis ‘resminya’ sendiri dimulai pada 10 Maret 1982, yakni ketika ia bersama teman-temannya mendirikan Lembaga Bimbingan Test Primagama (kemudian menjadi bimbingan belajar).

Lembaga Bimbingan Belajar (Bimbel) Primagama yang didirikannya bahkan masuk ke Museum Rekor Indonesia (MURI) lantaran memiliki 181 cabang di 96 kota besar di Indonesia dengan 100 ribu siswa tiap tahun. Waktu mendirikan bisnisnya tersebut Purdi masih tercatat sebagai mahasiswa di 4 fakultas dari 2 Perguruan Tinggi Negeri di Yogyakarta. Namun, karena merasa “tidak mendapat apa-apa” dia nekad meninggalkan dunia pendidikan untuk menggeluti dunia bisnis.

Sejak awal Purdi muda sudah berani meninggalkan kota kelahirannya dan mencoba mandiri dengan bersekolah di salah satu SMA di Yogyakarta. Ibunya, Siti Wasingah dan ayahnya, Mujiyono, merestui keinginan kuat anaknya untuk mandiri. Dengan merantau Purdi merasa tidak tergantung dan bisa melihat berbagai kelemahan yang dia miliki. Pelan-pelan berbagai kelemahan itu diperbaiki oleh Purdi. Hasilnya, dia mengaku semakin percaya diri dan tahan banting dalam setiap langkah dalam bisnisnya. Bukan suatu kebetulan jika pengusaha sukses identik dengan kenekatan mereka untuk berhenti sekolah atau kuliah. Seorang pengusaha sukses tidak ditentukan gelar sama sekali. Inilah yang dipercaya Purdi ketika baru membangun usahanya.

Kuliah di 4 jurusan yang berbeda, Psikologi, Elektro, Sastra Inggris dan Farmasi di Universitas Gajah Mada (UGM) dan IKIP Yogya membuktikan kecemerlangan otak Purdi. Hanya saja ia merasa tidak mendapatkan apa-apa dengan pola kuliah yang menurutnya membosankan. Ia yakin, gagal meraih gelar sarjana bukan berarti gagal meraih cita-cita.

Purdi muda yang penuh cita-cita dan idealisme ini pun nekad meninggalkan bangku kuliah dan mulai serius untuk berbisnis. Sejak saat itu pria kelahiran Punggur, Lampung Tengah ini mulai menajamkan intuisi bisnisnya. Dia melihat tingginya antusiasme siswa SMA yang ingin masuk perguruan tinggi negeri yang punya nama, seperti UGM. Bagaimana jika mereka dibantu untuk memecahkan soal-soal ujian masuk perguruan tinggi, pikirnya waktu itu.

Purdi lalu mendapatkan ide untuk mendirikan bimbingan belajar yang diberi nama, Primagama. Purdi memulai usaha sejak tahun 1982. Mungkin karena tidak selesai kuliah itu yang memotivasi ia menjadi pengusaha, kisah Purdi. Lalu, dengan modal hasil melego motornya seharga Rp300.000 , dia mendirikan Bimbel Primagama dengan menyewa tempat kecil dan disekat menjadi dua. Muridnya hanya 2 orang. Itu pun tetangga. Biaya les cuma 50.000 untuk 2 bulan. Kalau tidak ada les, uangnya bisa dikembalikan. Segala upaya dilakukan Purdi untuk membangun usahanya. Dua tahu setelah itu nama Primagama mulai dikenal. Muridnya bertambah banyak. Setelah sukses, banyak yang meniru nama Primagama. - See more at: http://suarapengusaha.com/2013/06/14/purdi-e-chandra-dari-bisnis-ayam-bimble-hingga-pailit/#sthash.224xfuBU.dpuf
Newer Post Older Post Home

2 comments:

  1. Kebangkrutan Primagama (bukan hanya pemiliknya), yang bisa jadi akhirnya "merembes" ke tim pengelolanya saat ini juga, pada hematnya disebabkan oleh beberapa hal :
    1. Sistem franshisee yang digelontorkan mulai 2000-an, tampaknya sebagai trik awal masuknya racun-racun dahsyat yang merusak tubuh Primagama. Dari intern, nasib karyawan tetap, tidak "aman" dan cenderung " disingkirkan". Dari ekstern, banyak investor yang didanai oleh "kompetitor" untuk merusak citra Primagama. NIlai "Goodwill" dan "manajemen fee" dari para franchisee tidak ada artinya bagi karyawan.
    2.Tidak adanya penghargaan terhadap penemu ide "Smart Solution" (Bapak Yusuf Daliman,S.Pd), yang malah akhirnya dipaksa untuk dikeluarkan karena adanya "klik" dari pimpinan Primagama cabang Tendean Yogyakarta yang di'amini' secara emosional oleh Bpk. Kusnanto (sekarang direktur Primagama Home Schooling).
    3. Keluarnya / dihentikannya karyawan primagama yang memiliki "jiwa-jiwa sejati" yang sangat loyal dan "mumpuni" dan "profesional" yang kemudian digantikan oleh jiwa-jiwa pragmatis yang mindsetnya full materialis yang kerjanya tidak orientasi dunia akhirat namun hanya dunia saja menyebabkan tubuh primagama adalah tubuh yang terlihat gagah tetapi terinveksi racun yang tidak ubahnya bersifat parasit.

    ReplyDelete
  2. Waw..... Saya sangat berterima kasih atas informasi yang mba Fitria berikan. Dengan adanya informasi ini semoga dapat memjadi pelajaran bersama bagi kita semua.

    Dari banyak dan berbagai macam ilmu manajemen modern dengan sistem yang terlihat hebat dengan TQM, ISO, Six Sigma, dan lain-lain, tetap inti paling dasarnya adalah memanusiakan manusia.

    Terima kasih banyak kepada Mba Fitria, yang telah meluangkan waktunya untuk berbagi informasi yang sangat bermanfaat.

    ReplyDelete