Marketing 3.0 Rahmatan Lil Alamin #3

By | 02:17 1 comment
Sebelum membaca tolong agar berfikir terbuka, bukan maksud menggantikan agama, tetapi hanya menjelaskan bahwa marketing itu juga dapat memberikan kebaikan bagi semuanya.

"Marketing kudu bisa melakukan simplifikasi, redefinisi, dan futurisasi. Dalam simplifikasi ini, Hermawan menerangkan konsep 4 C (Company, Customer, Competitor, Change) plus Connect di era New wave marketing. “Konsep marketing tidak perlu rumit-rumit, tapi cukup dengan 4 C. Perlu juga PDB (Positioning, Differentiation, Brand). “Dengan model ini, marketing menjadi cukup dinamis." -HK-


Pada suatu hari, Hermawan Kartajaya menerima email panjang dari Profesor Philip Kotler. Selama 14 tahun sejak 1998, bekerja bareng dia,Hermawan Kartajaya belum pernah mendapat  email begitu panjang. Kali itu, Kotler ingin menceritakan surprise-nya pada Hermawan Kartajaya tentang kunjungannya ke Saudi Arabia.
Itu berkaitan dengan undangan untuk bicara “Marketing 3.0 : From Product to Customer to Human Spirit” di sana. Semula, dia ragu menerima undangan itu, tapi akhirnya pergi juga karena Hermawan Kartajaya mendorong terus beliau.

Hermawan Kartajaya sudah pernah berseminar Marketing selama dua hari di Hilton Jedah. Pengalaman Hermawan Kartajaya memang menarik sekali karena peserta perempuan dipisah oleh kaca satu arah dari peserta lelaki. Mereka tidak boleh bertemu satu sama lain.

Tapi Hermawan Kartajaya, sebagai pengajar boleh mendekati ke laki maupun perempuan. Hasanuddin, eks Chief Executive MarkPlus Insight yang waktu itu pun ditegur karena mengambil foto Hermawan Kartajaya beserta peserta perempuan menutup hampir semua mukanya.

Tapi situasi berubah total, setelah mereka mendengarkan ceramah Hermawan Kartajaya selama dua hari. Tentu saja, belum tentang Marketing 3.0 waktu itu, tapi kayak nya cara membawakan Hermawan Kartajaya ‘masuk’ ke mind, heart, and spirit mereka.

Pada akhir hari kedua, Hermawan Kartajaya malah diajak foto-fotoan oleh seluruh peserta. Peserta laki-laki malah berjaga-jaga dari petugas. Sudah tentu ceritera seperti itu tidak Hermawan Kartajaya ceritakan pada Philip Kotler supaya dia ‘jadi’ ke Saudi Arabia.

Maklum, orang Amerika selalu khawatir dengan apa saja yang berbau Timur Tengah terutama setelah peristiwa ‘September Eleven’. Nah, email panjang itu dia kirim setelah bicara tentang Marketing 3.0 di sana.
Di situ, Kotler berceritera tentang pengalamannya. Dia ternyata diundang makan malam oleh Muhammad Bin Laden yang anggota keluarga Osama. Bin Laden adalah keluarga pemilik perusahaan konstruksi terbesar di Saudi Arabia.

“Professor, I like your concept so much. This is in line with Islamic Teaching. Please use it to market PEACE”
Tentu saja, Kotler tidak menduga akan ada pernyataan seperti itu di Jedah. Karena itu, dia lantas minta penjelasan Hermawan Kartajaya sebagai ‘concept originator’. Akhirnya, Hermawan Kartajaya menjawab dengan email yang lebih panjang lagi supaya dia tidak salah mengerti.

Pertama, Hermawan Kartajaya ingatkan bahwa Hermawan Kartajaya seorang Katolik yang tinggal di Indonesia. Negara berpenduduk Muslim terbesar didunia.Tapi, Indonesia bukan negara Islam, tapi Pancasila.
Kedua, Hermawan Kartajaya sudah biasa masuk keluar Pesantren dan punya lebih banyak teman dekat muslim ketimbang yang Kristen. Hermawan Kartajaya juga menulis dua buku bersama Aa Gym yang waktu itu sangat terkenal di semua kalangan.

Bahkan, buku pertama “Berbisnis dengan Hati” laris manis, sebelum Aa Gym mengawini teh Rini.
Ketiga, Hermawan Kartajaya ceritakan bahwa MarkPlus Inc adalah Konsultan Resmi Bank Indonesia untuk merumuskan Grand Design Bank Shariah di Indonesia. Waktu itu, Hermawan Kartajaya juga menjadi orang non-muslim satu satunya di Dewan Shariah Indonesia bentukan Bank Indonesia.

Selanjutnya, Hermawan Kartajaya juga menceriterakan bahwa satu-satunya Nabi yang pernah berdagang ya hanya Nabi Muhammad. Yesus atau Nabi Isa adalah tukang kayu, sebelum mulai mengajar.

Dan yang penting, Nabi Muhammad disebut sebagai Al-Amin atau ‘bisa dipercaya’. Hermawan Kartajaya juga menceritakan bahwa di dalam Kitab Hadis, digambarkan bahwa Nabi melarang umat Islam untuk berbuat curang dalam timbangan.

Juga tidak boleh menyembunyikan kayu basah dibawah kayu kering yang sedang dijual. Hermawan Kartajaya juga bilang bahwa Hermawan Kartajaya kagum dengan pernyataan Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym. “Bisnis itu harus jujur dulu. Profit itu adalah bonusnya”

Jadi, itulah yang membuat Marketing 3.0 yang juga diterjemahkan ke bahasa Arab jadi diterima begitu luas di Timur Tengah. Setelah hancurnya gedung kembar WTC yang membunuh 5.000 jiwa dari segala bangsa, repotnya orang Amerika jadi ‘gebyah uyah” terhadap Islam.

Selalu berpikiran negatif terhadap apa-apa yang berasal dari Islam karena itu disebut Islamophobia. Padahal, waktu Hermawan Kartajaya di Jedah, Hermawan Kartajaya juga melihat sendiri bagaimana Islam yang indah dan damai. Tradisi Arab memang masih sangat ketat yang melarang perempuan berjalan dengan laki-laki yang bukan Muhrimnya. Perempuan juga masih tidak boleh mengemudikan mobil sendiri di sana.

Tapi, dari pembicaraan informal terutama dengan kalangan muda, Hermawan Kartajaya yakin perempuan akan bisa mengambil peran lebih banyak. “Lha wong, di zaman Nabi Muhammad , perempuan juga diajak maju ke Medan Perang.” Itu kata-kata orang ‘grass-root’ di situ—sama  dengan para mahasiswa Saudi Arabia yang suka mengikuti seminar Hermawan Kartajaya di Kuala Lumpur.

Bank Shariah yang sekarang lebih dikenal dengan logo IB atau Islamic Banking juga mensupport hal itu. Hermawan Kartajaya ceritakan pada Kotler bahwa Grand Design IB yang diusulkan dan disetujui Prof Budiono, Gubernur Bank Indonesia waktu itu, memang ‘merefer’ labih pada nilai-nilai Al Amin itu sendiri. Bukan pada simbol simbol agama.

Dari hasil survei MarkPlus Insight, juga ditemukan umat Muslim di Indonesia tidak akan mau jadi nasabah IB hanya karena agama. Teman-teman kita itu menuntut supaya ada pelayanan yang bagus bahkan kalau bisa lebih bagus dari Bank Konvensional. Tapi,  lebih dari itu, yang ingin dirasakan adalah nilai-nilai kejujuran antara lain dalam bentuk profit-sharing yang dilaksanakan secara transparan.

Jadi IB pun baru berhasil kalau tidak hanya sekedar menjual Produk Shariah ( 1.0 ) atau memberikan pelayanan yang bersifat islami ( 2.0 ) tapi harus sampai pelaksanaan dari ajaran Nabi Muhammad yang Al-Amin ( 3.0). Kalau sudah begitu, maka nasabah non-muslim pun senang bertransaksi dengan IB.

Bahkan, Bank Mega Shariah pernah bercerita bahwa Cabang Surabayanya dipimpin oleh orang keturunan Tionghoa Katolik. Nasabahnya juga delapan puluh persen non-muslim.

Inilah Rahmatan Lil Alamin. Dari Islam untuk semesta alam. Warna korporat IB pun tidak terbatas hijau tapi warna warni, karena tidak ada di Hadis tertulis bahwa Islam sama dengan Hijau. Dan dalam tiga tahun terakhir, perkembangan IB maju pesat walaupun proposinya masih kecil dibanding yang konvensional.
Hermawan Kartajaya lega setelah menulis email balasan seperti itu pada Philip Kotler. Karena dia sekarang jadi mengerti sedikit tentang Islam dan semoga bisa mengurangi Islamophobianya. Hermawan Kartajaya sendiri tidak pernah menceritakan semua itu di dalam setiap seminar Hermawan Kartajaya baik di dalam maupun luar negeri.

Dengan demikian Hermawan Kartajaya mengakui bahkan me-marketing-kan bahwa inspirasi Marketing 3.0 yang sekarang sudah diterjemahkan ke 23 bahasa itu memang asalnya dari Islam. Makanya Hermawan Kartajaya sering bilang bahwa singkatnya Marketing 3.0 itu, ya, Marketingnya Nabi Muhammad SAW.
Para Marketer non-muslim bisa mempelajari dan mempraktikannya. Sedang para Marketer muslim, ya wajib hukumnya.(the-marketeers.com)
Newer Post Older Post Home

1 comment:

  1. wah ini salah satu artikel HK yang dimuat di buku superhero juga manusia nih. "mantep tuh buku" <-- kata-kata ini yang dia sebut sebagai advocate, pelanggan tak lagi puas dan diam. tapi pelanggan di era modern ini akan cenerung puas/tidak puas, kemudian memberikan ciutan di media internet, baik itu di fb, twitter, instagram, maupun medsos yang lainnya.

    ReplyDelete