Celana Jins Levi's Kok Bisa Terkenal Yah?

By | 01:08 Leave a Comment

Celana jins sudah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Semua orang dari berbagai kalangan, dari berbagai umur, memakai celana tipe ini di berbagai acara. Dari mana asal usulnya celana jins?

Kisah bermula dari tahun 1853, dimana Levi Strauss membuka toko kelontong di San Francisco. Sebagian besar konsumen dari toko ini adalah para penambang emas. Konsumennya ini sering mengeluhkan kualitas celana mereka dari segi daya tahan. Banyak dari celananya yang tidak tahan dipakai dalam keseharian pekerjaan mereka. Untuk mengatasi hal ini, Strauss mencoba untuk membuat celana dari bahan jins dan mewarnainya dengan warna biru.

Tahun 1873, Strauss memproduksi celana pertama dengan kode 501. Celana ini disukai oleh konsumen dan dengan segera menjadi “seragam” bagi pada penebang pohon, cowboy, pekerja rel kereta api, penambang minyak, dan petani. Pada tahun 1950 an, celana ini menjadi tren di kalangan anak muda dam pada tahun 1960 an perusahaan memperkenalkan pakaian wanita dan melakukan ekspansi keluar negeri.

Levi’s kemudian melakukan kesalahan pertamanya. Pada saat itu, perusahaan sedang berkembang dan mereka mulai melakukan diversifikasi produk. Levis berubah menjadi produsen pakaian lengkap dan dengan cepat kalah bersaing dengan produsen pakaian wanita lainnya. Untungnya, meskipun Levis gagal di bisnis pakaian, produk jins nya terus mengalami perkembangan. Puncaknya padah tahun 1981, Levis berhasil menjual 502 pasang jins hanya di pasar Amerika saja. Pasarnya pun meluas sehingga menjangkau segmen pasar yang belum terjangkau sebelumnya.

Ternyata tidak lama kemudian, Levis menghadapi gempuran dari banyak kompetitor. Beberapa desainer dan merek yang lebih terfokus mulai masuk ke produk jins. Levi’s cukup kesulitan menghadapi persaingan ini. Sebagai gambaran, pada tahun 1990, Levi’s memiliki pangsa pasar sebesar 48.2 persen dari pasar jins. Pada tahun 1998, pangsa pasar turun menjadi 25 persen.

Dalam kasus ini, Levi’s gagal untuk memanfaatkan posisinya sebagai innovator sekaligus sebagai market leader industri. Mereka sempat membuat kesalahan dengan masuk ke pasar yang baru, namun tidak mampu berbuat banyak. Di kategori celana jins, Levi’s lengah dan terlalu terburu-buru dalam mencoba terobosan produk namun gagal bila dibandingkan pengembangan produk yang dilakukan kompetitor.

Bagaimana pun Levi’s Strauss telah berhasil membuat tren celana jins yang banyak dikenal di berbagai negara. Tidak seperti Coca Cola, Levi’s Strauss gagal mempertahankan posisi market leader di kategori produk ini. Coca Cola juga pernah mengalami persaingan sengit dengan Pepsi namun berhasil mempertahankan posisinya dengan cara kembali ke karakter “original” mereka. Levi’s pun mengalami hal yang sama, namun memberlakukan kesalahan strategi yang cukup signifikan

Artikel ini diadaptasi dari buku Big Brands Big Trouble karangan Jack Trout
Newer Post Older Post Home

0 comments: