Milyader muda Sandiaga Uno Kandidat pengganti reshuffle kabinet

By | 20:02 Leave a Comment
Sandiaga Uno ternyata adalah salah satu kandidat reshuffle kabinet yang akan menjadi sosok menteri keuangan Kabinet indonesia Bersatu Jilid 2. Lewat akun Facebook-nya mengumumkan tawaran sebagai menteri yang ditujukan padanya. “Tawaran itu telah datang. Haruskah saya menerimanya? Mohon masukannya,” tulis Sandi dalam status Facebook Sabtu 8 Oktober 2011.

Sandi menulis, “Tawaran untuk menjadi Menteri Keuangan dan Badan Koordinasi Penanaman Modal secara resmi telah disampaikan kepada saya.” Ia pun meminta tanggapan dari teman-teman Facebook-nya. “Mohon berikan masukan plus dan minusnya. Banyak kepala lebih baik dari satu kepala saja yang memikirkan,” kata dia. “Mohon berikan saya masukan yang proporsional, rasional, dan visible,” lanjut dia.

Sandiaga Salahuddin Uno

Sandiaga Salahuddin Uno. adalah milyarder muda bekas ketua umum Hipmi yang beranggotakan 30 ribu pengusaha itu. Alumni MBA dari The George Washington University itu adalah orang terkaya ke-63 di Indonesia versi Globe Asia. Kekayaannya USD 245 juta.

Pendidikan Formal Sandiaga Salahuddin Uno sang milyarder muda itu adalah Bachelor of Business Administration, The Wichita State University, Kansas, AS, lulus 1990 dan Master of Business Administration, The George Washington Univ., Washington, AS, lulus 92. Sandiaga S. Uno merupakan lulusan summa cum laude dengan gelar Bachelor of Business Administration dari Wichita State University pada tahun 1990 dan memperoleh gelar Master of Business Administration dari George Washington University pada tahun 1992.

Sandiaga S. Uno saat ini menjabat sebagai Direktur Umum di Perusahaan, Presiden Direktur di IBT, PT Saratoga Infrastruktur, PT Baskhara Utama Sedaya, PT Interra Indo Resources, PT Tenaga Listrik Gorontalo, PT Saratoga Sentra Business, PT Saratoga Investama Sedaya, PT Mitra Global Telekomunikasi Indonesia, PT Alberta Investama Sedaya, PT Saratogasedaya Utama dan PT Alberta Capital. Selain itu, Sandiaga S. Uno juga menjabat sebagai Direktur di ATA, PT Adaro Indonesia, JPI dan, SMP, dan Komisaris di SIS, dan MSW.

Sandiaga S. Uno memulai karirnya sebagai finance and accounting officer di perusahaan Group Summa (1990-1993); financial analyst di Seapower Asia Investment Limited (sekarang bernama Pasific Century Regional Developments Limited) (1993 – 1994); Executive Vice President and Chief Financial Officer di NTI Resources Limited di Calgary, Kanada (1995 – 1998). Sejak tahun 1998 menjabat sebagai Managing Director di PT Saratoga Investama Sedaya, private equity and direct investment company.

Sandiaga S. Uno saat ini juga menjabat sebagai Direktur di Interra Resources Limited, Komisaris Utama di PT Capitalinc Investment Tbk, Komisaris di PT Darmo Satelit Town dan PT Unitras Pertama. Sandiaga S.Uno saat ini juga menjabat sebagai Ketua Umum BPP Himpunan Pengusaha Muda Indonesia dan Ketua Komite Tetap Pengembangan Informasi Pasar UMKM di Kamar Dagang & Industri Indonesia (KADIN).

Sandi menyatakan tak disiapkan untuk menjadi pebisnis oleh orang tuanya. ”Orang tua lebih suka saya bekerja di perusahaan, tidak terjun langsung menjadi wirausaha,” ujar pria penggemar basket itu. ”Menjadi pengusaha itu pilihan terakhir,” akunya. Karena itulah, dia tak berpikir menjadi pengusaha seperti yang telah dilakoni selama satu dekade ini. ”Saya ini pengusaha kecelakaan,” katanya, lantas tertawa.

Bisnis Sandi bergerak melalui Grup Saratoga dan Recapital. Bisnisnya menggurita, mulai pertambangan, infrastruktur, perkebunan, hingga asuransi. Namun, dia masih punya cita-cita soal pengembangan bisnisnya. “Saya ingin masuk ke sektor consumer goods. Dalam 5-10 tahun mendatang, bisnis di sektor tersebut sangat prospektif,” katanya, optimistis.

Seorang pebisnis, kata dia, memang harus selalu berpikir jangka panjang. Bahkan, berpikir di luar koridor, berpikir apa yang tidak pernah terlintas di benak orang. “Mikir-nya memang harus jangka panjang.”

Dia mencontohkan, dirinya masuk ke sektor pertambangan awal 2000. Saat itu, sektor tersebut belum se-booming sekarang. ”Jadi, ketika sektor itu sekarang naik, kami sudah punya duluan,” ujarnya.

Sandi semula adalah pekerja kantoran. Pascalulus kuliah di The Wichita State University, Kansas, Amerika Serikat, pada 1990, Sandi mendapat kepercayaan dari perintis Grup Astra William Soeryadjaja untuk bergabung ke Bank Summa. Itulah awal Sandi terus bekerja sama dengan keluarga taipan tersebut. ”Guru saya adalah Om William (William Soeryadjaja, Red),” tutur pria kelahiran 28 Juni 1969 itu.

Bapak dua anak itu kemudian sedikit terdiam. Pandangannya dilayangkan ke luar ruang, memandangi gedung-gedung menjulang di kawasan Mega Kuningan. ”Saya masih ingat, sering didudukkan sama beliau (William Soeryadjaja, Red). Kami berdiskusi lama, bisa berjam-jam. Jiwa wirausahanya sangat tangguh,” kenangnya. William tanpa pelit membagikan ilmu bisnisnya kepada Sandi. Dia benar-benar mengingatnya karena itulah titik awal dia mengetahui kerasnya dunia bisnis.

Di tanah air, Sandi hanya bertahan satu setengah warsa. Dia harus kembali ke AS karena mendapat beasiswa dari bank tempatnya bekerja. Dia pun kembali duduk di bangku kuliah The George Washington University, Washington. Saat itulah, fase-fase sulit harus dia hadapi. Bank Summa ditutup. Sandi yang merasa berutang budi ikut membantu penyelesaian masalah di Bank Summa.

Sandi kemudian sempat bekerja di sebuah perusahaan migas di Kanada. Dia juga bekerja di perusahaan investasi di Singapura. ”Saya memang ingin fokus di bidang yang saya tekuni semasa kuliah, yaitu pengelolaan investasi,” tutur ayah dari Anneesha Atheera dan Amyra Atheefa itu.

Mapan sejenak, Sandi kembali terempas. Perusahaan tempat dia bekerja tutup. Mau tidak mau, dia kembali ke tanah air. ”Saya berangkat dari nol. Bahkan, kembali dari luar negeri, saya masih numpang orang tua,” katanya.

Sandi mengakui, dirinya semula kaget dengan perubahan kehidupannya. ”Biasanya saya dapat gaji setiap bulan, tapi sekarang berpikir bagaimana bisa survive,” tutur pria kelahiran Rumbai itu. Apalagi, ketika itu krisis.

Dia kemudian menggandeng rekan sekolah semasa SMA, Rosan Roeslani, mendirikan PT Recapital Advisors. Pertautan akrabnya dengan keluarga Soeryadjaja membawa Sandi mendirikan perusahaan investasi PT Saratoga Investama Sedaya bersama anak William, Edwin Soeryadjaja. Saratoga punya saham besar di PT Adaro Energy Tbk, perusahaan batu bara terbesar kedua di Indonesia yang punya cadangan 928 juta ton batu bara.

Bisa dibilang, krisis membawa berkah bagi Sandi. ”Saya selalu yakin, setiap masalah pasti ada solusinya,” katanya. Sandi mampu ”memanfaatkan” momentum krisis untuk mengepakkan sayap bisnis. Saat itu banyak perusahaan papan atas yang tersuruk tak berdaya. Nilai aset-aset mereka pun runtuh. Perusahaan investasi yang didirikan Sandi dan kolega-koleganya segera menyusun rencana. Mereka meyakinkan investor-investor mancanegara agar mau menyuntikkan dana ke tanah air. ”Itu yang paling sulit, bagaimana meyakinkan bahwa Indonesia masih punya prospek.”

Mereka membeli perusahaan-perusahaan yang sudah di ujung tanduk itu dan berada dalam perawatan BPPN -lantas berganti PPA-. Kemudian, mereka menjual perusahaan itu kembali ketika sudah stabil dan menghasilkan keuntungan. Dari bisnis itulah, nama Sandi mencuat dan pundi-pundi rupiah dikantonginya.

Sandi terlibat dalam banyak pembelian maupun refinancing perusahaan-perusahaan. Misalnya, mengakuisisi Adaro, BTPN, hingga Hotel Grand Kemang. Dari situlah, kepakan sayap bisnis Sandi melebar hingga kini.

Di balik aktivitasnya yang padat, dia merasa berdosa kepada keluarga. Sebab, waktunya hampir habis tersita untuk aktivitas bisnis dan organisasi. “Saya merasa nggak adil sama keluarga. Saya kerja begini untuk siapa? Rasanya ada yang hilang,” tutur Sandi. Sandi mengaku, biasanya menjadikan Sabtu-Minggu sebagai hari untuk keluarga. Itu pun sangat terbatas. “Saya paling suka ke Senayan. Pasti Sabtu olahraga bareng keluarga di sana. Pagi lari, agak siang sedikit pukul-pukul bola, golf,” ceritanya.

Kemudian, biasanya mereka sekeluarga jalan-jalan ke mal. “Sebenarnya, saya paling nggak suka ke mal. Tapi, ya sedikit menyenangkan anaklah,” kata Sandi yang mengaku tak tertarik terjun ke dunia politik. Sandi lantas tertawa mengingat polah lucu sang anak itu. “Jujur, saya selalu ingin ada di samping mereka. Saya ingin memberikan yang terbaik,” tambahnya dengan mimik serius. Karena itu, Sandi kerap berangan-angan bahwa sehari itu bukan 24 jam. “Seandainya sehari itu ditambah empat jam saja, tambahan empat jam tersebut akan saya habiskan bersama keluarga,” tegasnya.

Riwayat Karier Kerja

Summa Group, Jakarta (Mei 1990-Juni 1993)
Seapower Asia Investment Limited, Singapura (Juli 1993-April 1994)
MP Holding Limited Group, Singapura (Mei 1994-Agustus 1995)
NTI Resources Limited, Calgary, Canada (September 1995-April 1998)
PT Saratoga Investama Sedaya (April 1998- sekarang
Newer Post Older Post Home

0 comments: