Hermawan Kartajaya

By | 17:12 2 comments
Hermawan Kartajaya
Hermawan Kartajaya (lahir di Surabaya, Jawa Timur, 18 November 1947; umur 63 tahun) adalah seorang pakar pemasaran berkewarganegaraan Indonesia. Sejak tahun 2002, ia menjabat sebagai Presiden World Marketing Association dan oleh The Chartered Institute of Marketing yang berkedudukan di Inggris ia dinobatkan sebagai 50 Gurus Who Have Shaped The Future of Marketing. Saat ini ia juga menjabat sebagai Presiden MarkPlus&Co, perusahaan konsultan manajemen yang berbasis di Asia yang dirintisnya sejak tahun 1990. Ia juga aktif menulis buku-buku seputar dunia pemasaran. Kartajaya merupakan orang Indonesia pertama yang memasuki ranah pemasaran internasional dengan model yang ia buat sendiri. Ia adalah seroang yang unik kombinasi dari orang yang memiliki pemikiran akan konsep bisnis yang strategis dalam bidang marketing dan seorang praktisi. Hermawan yang juga founder dan President MarkPlus itu selalu mengatakan bahwa jika ingin membangun brand yang kuat perusahaan tidak boleh hanya mengandalkan iklan. Perusahaan harus melakukan sesuatu yang mengena di benak konsumen, tidak sekadar menjual tetapi memiliki implikasi jangka panjang.

Riwayat pendidikan Dan Karir Hermawan Kartajaya :

# Hermawan Kartajaya pernah mengenyam Pendidikan Tinggi di Teknik Elektro ITS, namun harus keluar karena permasalahan ekonomi;
# Hermawan Kartajaya mendapatkan gelar master di University of Strathclyde Graduate School of Business, Scotland 1995;
# Hermawan Kartajaya Pada 1990 membentuk MarkPlus, perusahaan konsultan marketing di Surabaya, Indonesia;
# Hermawan Kartajaya Sejak 2002 Hermawan Kartajaya menjadi presiden dari World Marketing Association is also the one the few Asians who has been invited to give a speech in the American Marketing Association (AMA) Educators Conference;
# Hermawan Kartajaya Dinobatkan sebagai 50 Gurus Who Have Shaped The Future of Marketing.

Buku Hermawan Kartajaya (Internasional)

- Attracting Investors: A Marketing Approach to Finding Funds For Your Business, with Philip Kotler (Kellogg School of Management) and S. David Young (INSEAD), published by John Wiley & Sons, New Jersey, 2004.

- Rethinking Marketing: Sustainable Market-ing Enterprise in Asia, with Philip Kotler (Kellogg School of Management), Hooi Den Huan (Nanyang Business School) and Sandra Liu (Purdue University), published by Prentice Hall Asia, 2002. This book is launched at the University of Chicago Graduate Business School—Asian Campus, Singapore, September 2002. Currently, this book is being used as second textbook for Marketing Course at Nanyang Business School, Singapore. This book has been translated into several languages.

- Repositioning Asia: From Bubble to Sustainable Economy, with Philip Kotler (Kellogg School of Management) and wholly supported by Andersen Consulting Asia Pacific, published by John Wiley & Sons, Singapore, 2000. This book was bestseller in Asia. This book has been translated into several languages.

- The 18 Guiding Principles of Marketing Company in Warren J. Keegan (Pace University), Global Marketing Management, Prentice Hall, New Jersey, 1999.

- The Strategic Marketing Plus 2000 Conceptual framework for Competitive Audit, Strategy Formulation and Capability Enhancement in Warren J. Keegan (Pace University) and Mark C. Green (Simpson College), Principles of Global Marketing, Prentice Hall, New Jersey, 1997.

Buku Hermawan Kartajaya (Nasional)

Attracting Tourist, Traders & Investors, diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005.
4G Marketing: A 90-Year Journey in Creating Everlasting Brands, diterbitkan oleh MarkPlus&Co, Jakarta, 2005. This book is about journey of HM Sampoerna of creating everlasting cigarette brands in Indonesia.
Aa Gym: A Spiritual Marketer, diterbitkan oleh MarkPlus&Co, Jakarta, 2005.
Winning the Mom Market in Indonesia, diterbitkan oleh MarkPlus&Co, Jakarta, 2005.
Marketing in Venus Playbook Volume I, II, III, diterbitkan oleh MarkPlus&Co, Jakarta, 2005.
Marketing in Venus: The Garuda Indonesia Story, diterbitkan oleh MarkPlus&Co, Jakarta, 2005.
Metrosexuals in Venus, diterbitkan oleh MarkPlus&Co, Jakarta, 2004.
Marketing Yourself, diterbitkan oleh MarkPlus&Co, Jakarta, 2004.
Berbisnis dengan Hati (Compassionate Marketing), with K.H. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym), published by MarkPlus&Co, Jakarta, 2004.
Positioning Differentiation Brand, diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004.
On Becoming a Customer-Centric Company, diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004. This book is a about the transformation of PT Pos Indonesia of becoming the customer-centric company.
Hermawan Kartajaya on Positioning, diterbitkan oleh Mizan Media Utama, Bandung, 2004.
Hermawan Kartajaya on Differentiation, diterbitkan oleh Mizan Media Utama, Bandung, 2004.
Hermawan Kartajaya on Brand, diterbitkan oleh Mizan Media Utama, Bandung, 2004.
Marketing in Venus, diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Media, Jakarta, 2003. This book is a bestseller in Indonesia.
Hermawan Kartajaya on Marketing, diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002.
MarkPlus on Strategy, diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002.
Marketing Plus 2000, diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001.
Bridging the Network Company, diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1999. This book is about on the transformation of PT Pos Indonesia of becoming the network company.
Kiat Memenangkan Persaingan di Era Krisis (Winning in the Era of Crisis), diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1998.
Siasat Bisnis: Menang dan Bertahan di Abad Asia Pasifik (Business Strategy: Winning and Sustaining in Asia Pacific), diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama in cooperation with Majalah Berita Mingguan Gatra, Jakarta, 1997.
Seri 36 Kasus Pemasaran Asli Indonesia: Rangkaian Strategi, Siasat, dan Taktik Jitu (Series of 36 Indonesia Business Cases: Strategy and Tactic), with Dyah Hasto Palupi, diterbitkan oleh PT Elex Media Komputindo, Jakarta. This series consist of 2 books.
Marketing Plus Series, diterbitkan oleh Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. This series consist of 5 books.
On Becoming a Customer-centric Company
Marketing in Venus
Hermawan on Marketing
Rethinking Marketing
Sustainable Marketing Enterprise in Asia


Markplus&co

Sejarah Berdirinya Markplus tepat pada tanggal satu Mei 1990 adalah tanggal bersejarah buat saya. Itulah hari pertama saya tidak menjabat direktur distribusi PT HM Sampoerna. Dan itulah hari pertama saya juga memulai MarkPlus. Tanggal itu juga merupakan hari pertama saya menjadi seorang entrepreneur.

Sehari sebelumnya, saya masih memegang kartu nama keren PT HM Sampoerna. Direktur Distribusi PT HM Sampoerna. Sehari sebelumnya saya masih berkantor di pabrik Sampoerna di Kompleks Surabaya Industrial Estate Rungkut atau sering disebut SIER. Sehari sebelumnya saya masih punya "anak buah" sekitar 1.600 orang di seluruh Indonesia yang terbagi di 54 area. Satu area bisa meliputi dua atau tiga kabupaten. Maklum, jualan rokok kan mesti merata, apalagi Dji Sam Soe yang sudah merakyat.

Pada hari itu, pas satu Mei 1990, saya resmi menggunakan kartu nama MarkPlus Professional Service. Begitu saya menyebutnya, karena waktu itu saya berpikir pokoknya siap melakukan "professional service" apa pun! Karena kantor belum ada, ya berkantor di rumah aja, Taman Prapen Indah C-8 Surabaya.

Saya hanya berpikir, waktu itu, bahwa alamat itu memang "kurang profesional" karena tidak di perkantoran, tapi tidak terlalu "kebanting". Waktu itu juga belum ada kompleks perumahan yang keren seperti sekarang: Galaxy, Ciputra, Pakuwon, dan sebagainya. Jadi, Kompleks Prapen yang "indah" sudah cukup lumayan, karena tempatnya bersih dan dihuni banyak eksekutif.

Jadi, paling tidak, biar ada persepsi memang MarkPlus ini perusahaan one man show, tapi didirikan oleh seorang ex top executive dari sebuah perusahaan besar di Surabaya. Karyawannya belum ada. Kenapa?

Pertama, saya memang belum berani menggaji orang. Kalau nggak laku bagaimana? Kedua, ya memang nggak ada yang mau bekerja untuk saya.

Sebenarnya, terus terang, sebulan sebelum "resign" dari Sampoerna, saya memang minta tolong kepada anak buah saya yang pintar desain untuk mendesain logo MarkPlus. Maksudnya, supaya begitu keluar dari Sampoerna, saya sudah memegang kartu nama sendiri dengan logo yang lumayan.

Kartu nama adalah yang saya pikir lebih dulu, karena takut nggak punya identitas begitu tidak di Sampoerna lagi. Nah, anak buah saya inilah yang saya ajak berdiskusi tentang logo tersebut di luar jam kerja

Saya, bahkan, bercerita hanya pada dia secara "confidential" tentang rencana saya tentang MarkPlus yang mulai 1 Mei. Ketika itu, dia kelihatan sangat antusias membantu saya untuk mempersiapkan logo, termasuk aplikasinya di kop surat dan amplop. Tapi, akhirnya, saya kecewa berat ketika dia tidak mau jadi karyawan pertama MarkPlus Professional Service!

"Maaf Pak, saya nggak berani ambil risiko..." katanya sambil menundukkan muka.

Dengan terus terang dia mengaku tidak "sure" sampai kapan MarkPlus bisa bertahan. Padahal, di Sampoerna dia sudah lumayan "mapan" walaupun termasuk karyawan "kelas bawah". Begitulah situasi hari pertama MarkPlus waktu itu.

Ketika saya bangun pagi, terasa agak aneh. Biasanya saya mandi pagi-pagi, takut telat ke kantor karena harus memberi contoh kepada anak buah. Pakai baju seragam Batik Sampoerna sesuai dengan warna yang diwajibkan untuk hari itu.

Di Sampoerna, waktu itu, kami semua diberi tiga macam batik seragam dengan tiga warna. Senin-Kamis, Selasa-Jumat dan Rabu-Sabtu masing-masing satu warna.

Pada 1 Mei itu saya bangun memang agak siangan, tapi agak bingung apa yang akan dilakukan hari itu. Sebab, mendadak sudah tidak perlu pakai batik lagi setelah bertahun-tahun. Kayak ada yang "hilang".

Sehari sebelumnya saya juga sudah mengembalikan mobil dinas Toyota Crown Royal Saloon. Hari itu saya mulai menyetir mobil saya sendiri.Toyota Corolla baru, tapi cicilan...! Semuanya mendadak terasa hilang! Ya, kantor bagus, mobil bagus, anak buah, seragam, bahkan kartu nama keren.

Saya masih ingat, saya hanya punya tabungan lima puluh juta rupiah waktu itu. Dua puluh juta rupiah saya pakai untuk downpayment Toyota Corolla, sisanya yang tiga puluh juta untuk cadangan.

Karena belum ada klien yang mau pakai jasa profesional saya pada hari pertama, mau tahu apa yang saya lakukan? Percaya atau tidak, saya menulis artikel Reboan untuk Jawa Pos sebanyak mungkin! Waktu itu saya memang sudah diajak Pak Dahlan Iskan yang baru membangun Jawa Pos beberapa tahun untuk menulis rutin di Jawa Pos bersama lima orang Surabaya lain. Kebetulan saya memilih Rabu. Penulis lain ada yang memilih hari lain.

Itulah cara Pak Dahlan "mengangkat" citra orang Surabaya yang tidak mungkin dapat kolom di media ibu kota. Saya suka Rabu, karena ada di pertengahan pekan.

Newer Post Older Post Home

2 comments:

  1. koreksi sedikit: pak Hermawan menyelesaikan gelar sarjana itu di fakulatas ekonomi universitas surabaya..bukan universitas udayana..
    http://th1979.wordpress.com/2010/05/25/profil-hermawan-kartajaya/

    http://www.ubaya.ac.id/ubaya/news_detail/632/Tak-Lulus-S1--Malah-Diganjar-Doktor.html

    ReplyDelete
  2. Terima Kasih atas koreksinya pak. Sudah saya koreksi. Ini tulisan sumbernya dari Internet semua, saya tidak wawancara langsung. Jadi terima kasih banyak yang sudah mau membaca dan ikut mengkoreksi..

    ReplyDelete