Adu Kreatif Akuntansi dan Marketing, Jangan Dong! #11

By | 03:52 Leave a Comment
Jujur saya sangat suka tulisan pakde Hermawan Kartajaya yang ke 11 dalam menyambut ulang tahunnya yang ke-65, Judulnya "It’s Always Good to Creative? Belum Tentu Lho…" Isinya seperti ini :

Orang-orang akunting secara tradisional adalah ‘musuh’nya orang Marketing di sebuah perusahaan. Mereka selalu jadi rem ketika orang-orang Marketing nge-gas. Orang akunting selalu jadi ‘penjaga gawang’ yang mengingatkan apakah suatu target penjualan sudah tercapai atau tidak. Mereka juga suka melakukan analisis detail dibagian mana tidak tercapainya. Tanpa harus mau tau penyebabnya.

Orang akunting juga selalu mengawasi bujet biaya yang sudah ditetapkan dan memberikan peringatan bahwa cost-budget sudah terlampaui. Orang akunting juga selalu peduli pada ‘bottom-line’ jangka pendek. Kan, memang tidak ada gunanya ‘top line’ tercapai tanpa ada profit.Itu ketika perusahaan masih ‘tertutup’. Tapi akan jadi lain situasinya apabila perusahaan sudah jadi Perusahaan Publik atau Perusahaan Terbuka.

Pemegang Saham yang bukan pengendali perusahaan atau yang minoritas mau tahu apa yang terjadi di sebuah perusahaan. Biasanya, mereka hanya dapat laporan keuangan yang tiap kuartal. Harga Saham pun antara lain naik turun tergantung dari laporan yang dikeluarkan.

Tentu saja, ada faktor lain yang menentukan. Rencana manajemen kedepan juga prospek industri dan situasi makro akan mempengaruhi. Nah, di sinilah laporan keuangan jadi salah satu ‘key indicator’ kesehatan sebuah perusahaan. Ketika berhadapan dengan ‘pihak luar’, orang-orang akunting diminta menyatu dengan manjemen puncak untuk sebisanya memberikan optimisme pada publik.

Karena itulah, lantas keluar istilah ‘Creative Accounting’ karena ada berbagai cara untuk membuat supaya sebuah perusahaan ‘look beautiful’. Kontrak penjualan jangka panjang diakalin supaya masuk ke pendapatan yang dicatat untuk tahun berjalan.
Depresiasi pada sebuah Fixed Asset dibikin lebih panjang,supaya beban beaya pada tahun berjalan mengecil. Begitu juga dengan Amortisasi pada ‘intangible asset

Belum lagi, yang namanya Asset Revaluation atau menilai kembali Asset yang ada supaya Balance Sheet kelihatan bagus. Creative Marketing selalu diharapkan bisa memberikan nilai tambah pada Customer. Creative Accounting sebaliknya sangat berbahaya untuk Capital Market. Kenapa? Karena ‘minority shareholder’ selalu dalam situasi yang tidak diuntungkan.

Ada asimetri informasi antara pihak manajemen yang menggunakan manajemen akunting untuk pengambilan keputusan dengan Public Accounting yang terlalu kreatif. Enron dan berbagai perusahaan publik di Amerika sudah merupakan bukti bahwa mereka ‘bermain’ dengan kualitas kesehatan keuangan perusahaan. Itu sama saja dengan yang dilakukan orang Marketing yang ‘bermain’ dengan kualitas Produk.

Menjanjikan suatu kualitas yang bagus lewat komunikasi yang kreatif, tapi lantas tidak pernah men-deliver-nya. Lebih berbahaya lagi, apabila perusahaan yang bergerak di Financial Services Industry yang terlalu kreatif dalam pengembangan produknya.

Krisis keuangan Amerika 2008 membuktikan bahwa banyak produk finansial yang merupakan ‘derivatif’ dari produk-produk lain yang berisiko tinggi dan dijual secara kreatif. Pembeli produk finansial itu banyak yang merupakan investor perorangan yang kurang paham akan produk itu yang sesungguhnya.

Look sophisticated outside, but vulnerable inside. Padahal dalam Hadis Nabi, ditulis bahwa “kayu basah jangan disembunyikan dibawah kayu kering”. Ini persis seperti yang terjadi di Amerika,dimana piutang properti yang “subprime” tapi di paket lagi dan dijual oleh perusahaan yang bereputasi tinggi dengan harga tinggi pula!

Inilah ‘pembohongan’ pada Customer secara besar-besaran. Di Kampus Kellogg School of Management di Evanston Chicago pun sudah kadung ada Gedung yang membawa nama Arthur Andersen. Pasti karena sumbangan perusahaan Audit yang pernah jadi terbesar di dunia itu. Tapi akhirnya, berakhir tragis. Perusahaan audit terbesar di dunia dengan reputasi yang hebat harus ditutup. Karena berusaha ‘menyembunyikan’ sesuatu kenyataan di Enron karena mereka dibayar untuk itu.

Orang marketing sering dituduh melakukan ‘pembohongan yang tidak bertanggung jawab’. Orang Marketing juga sering dituduh melakukan “push” yang keterlaluan sehingga pelanggan pun ‘lari’ karena jengah ketika dikejar terus.

Orang Marketing juga sering dianggap melakukan iklan dan promosi yang berlebihan sehingga orang lantas membeli barang yang tidak diperlukan. Tapi, ternyata, orang keuangan apakah yang di akunting atau finance lebih ‘berat’ lagi. Mainnya bukan kecil-kecilan kayak Marketing. Tapi, sekali pukul langsung gede. Dan, dampaknya langsung pada ‘kerusakan ekonomi secara makro’!

Kenapa? Karena dampaknya bisa kena ke Customer, Investor, dan Institusi Besar! Film sindiran “Too Big To Fail” adalah pengungkapan praktek kotor lembaga keuangan di Amerika yang menghalalkan segala cara. Dan akhirnya, pemerintah terpaksa harus membantu berbagai perusahaan yang sudah kadung kegedean.

Kalau sampai bangkrut, para investor yang ‘taruh uang’ disitu bisa habis. Selain itu, bisa menimbulkan ketidakpercayaan secara makro yang bisa menghancurkan perekonomian nasional. Karena itulah, orang akunting lantas bikin yang namanya Good Corporate Governance atau GCG. Supaya perusahaan-perusahaan selalu diingatkan untuk tidak melakukan hal tersebut.

Intinya Judul artikel ini gak penting, soalnya memang Akuntansi dan Marketing itu memiliki peran masing-masing dalam sebuah perusahaan. Hanya saja kalau orang marketing memang dituntut agar selalu bertindak kreatif dalam merancang dan melaksanakan strategi pemasarannya. Sebaliknya orang akunting tidak usah ikut-ikutan kreatif jika hanya ingin mempercantik sesuatu yang sudah tidak semestinya di vermak dengan tindakan yang dapat merugikan perusahaan kedepannya, bahasa Jermannya sering dikenal istilah "ra sah pecicilan ae, ngutek pembukuan ae ngono Cok...!!!".
Newer Post Older Post Home

0 comments: