Lean Marketing, Mean Marketing, dan Clean Marketing #6

By | 09:48 Leave a Comment
Dengan adanya Internet, Customer sudah semakin pintar untuk mengetahui kualitas dan cost kita sesungguhnya. Dengan mudah, mereka juga bisa membandingkan dengan para pesaing kita. Karena itu menjadi LEAN MARKETER penting sekali!

Persaingan akan terjadi pada perbaikan ‘value chain’ supaya Quality makin baik atau paling tidak sama, dengan Cost yang makin turun dan Delivery yang tepat waktu.

CEO Apple Tim Cook dipilih Steve Jobs untuk menggantikannya karena dialah yang bisa mendapatkan Cost paling rendah untuk sebuah desain produk yang hebat. Kalau hal tersebut dilengkapi dengan ‘low budget, high impact marketing’ dengan alokasi bujet komunikasi yang efektif, itulah yang disebut LEAN MARKETING.

Tony Fernandez juga orang yang bisa membuat Air Asia punya cost per mile per passenger terendah di dunia sehingga dia selalu siap untuk ‘adu harga’ sebagai sebuah Budget Airlines. Dengan demikian maka profit akan terjamin.

Seorang MEAN MARKETER selalu berpikir untuk meningkatkan harkat customernya sebagai manusia. Dame Anita Roddick almarhum adalah contoh nyata bagaimana BODY SHOP yang didirikannya selalu berjuang untuk Women Empowerment.

Karena yang dilakukannya sangat nyata, maka tanpa slogan ‘Made for Women’ pun, Brand ini dicintai Perempuan dan bahkan Laki-laki yang setuju dengan hal itu. Saya termasuk penggemar fanatiknya.

Di Bangladesh, ada Muhammad Yunus, pendiri Grameen Bank yang juga selalu giat meningkatkan kualitas hidup para nasabahnya yang hampir semuanya Perempuan. Yunus mendapat Hadiah Nobel di tahun 2006, tapi malah jadi figur kontroversial di negaranya sendiri ketika dianggap ‘saingan’ bagi para tokoh politik. Jadi, MEAN MARKETING itu “in line” dengan Marketing for People.

Sedang CLEAN MARKETING lebih sejalan dengan Marketing for Planet! Toyota jadi pelopor Mobil Hybrid dan mendadak saja Brand nya yang semula hanya ‘kelas menengah’ jadi ‘Cool Brand’ ! Singapore yang punya banyak gedung tinggi pun, selalu mengklaim diri sebagai GREEN CITY supaya negara maju tetap mau melakukan investasi, berdagang atau berkantor pusat di sana.

Karena itu, pemerintahnya mati-matian menanam Pohon di mana-mana. Nah, pada saat krisis melanda negara maju seperti ini, inilah saat yang tepat bagi negara berkembang Asia seperti Srilanka dan Indonesia tentunya, untuk menjalankan Triple Bottom Line itu dengan konsekuen.
Newer Post Older Post Home

0 comments: