Yang Penting Punya Walau Gak Bisa Makenya #20

By | 02:59 Leave a Comment
Ikhwan Sugiono (Nama disamarkan nomer Nim-nya juga  :P) Mahasiswa tingkat paling akhir dari sebuah perguruan ilmu tenaga dalam Analisa Perpajakan salah satu universitas di Jakarta yang katanya Negri, nekat membeli Laptop Apple Second, walaupun sebenarnya uang yang ia pergunakan untuk membeli laptop tersebut merupakan uang gajian sekaligus jatah bertahan hidup di Jakarta selama sebulan.

Setelah mbeli emang kelihatannya keren kalau dilihat dari samping depan ada gambar apple-nya. jadi kelihatan eksklusif gimana gitu loh.., beberapa hari saya lihat beliau selau bersama dengan laptop baru tapi secondnya tersebut. Karna penasaran lagi ngerjain apa sih beliau, saya tanya aja.. Mas lagi ngapain? "anu ini bingung gimana makenya".. "Gubrak....".

Udah lebih dari tiga hari di depan laptop baru tapi secondnya tersebut kerjaan paling utamanya hanya bermain games catur saja. Ternyata banyak aplikasi urgent yang belum di install dari laptopnya tersebut.

Hal ini sama dengan pembahasan Hermawan Kartajaya yang membagi tiga tipe kelompok orang dalam era new wave ini :
Pertama, snob. Suka barang mahal supaya kelihatan hebat. Orang seperti ini seringkali tidak tahu sebenarnya tentang produk yang dia beli. Namun, bagi dia, yang penting adalah produk itu lebih mahal dari yang dibeli oleh orang lain. Mereka lebih tertarik atau bisa menghargai pada manfaat emosional.

Kedua, dumb. Orang tipe ini berprinsip pokoknya beli barang yang murah. Bisa karena memang kurang mampu. Tapi, juga ada yang memang pelit. Yang penting dia bisa beli produk yang asal fungsional dan harganya murah. Orang-orang seperti ini biasa menunggu sale supaya dapat harga terbaik. Bahkan, diskon yang menyesatkan, termasuk yang sampai mengurangi kualitas, baginya, juga oke.

Ketiga, smart. Orang tipe ini seimbang dalam mempertimbangkan sebuah produk.Dia bisa menghargai manfaat emosional selain yang fungsional.Orang smart punya pengetahuan yang cukup dalam membandingkan antara total get dan total give.Harga murah percuma kalau manfaat fungsional dan emosionalnya tidak memadai.

Harga murah percuma kalau maintenance produk yang bersangkutan mahal. Harga murah percuma kalau harga satuan variabel pada waktu pemakaiannya mahal. Harga murah percuma juga kalau produk gampang rusak. Pada dasarnya, dia bisa menghitung total give-nya sama dengan price plus other expenses. Dengan demikian, orang smart lantas bisa menghitung berapa value sesungguhnya yang dia terima. Yaitu total get dibagi total give.
Newer Post Older Post Home

0 comments: