KratingDaeng Dan Red Bull

By | 22:04 1 comment

Pembaca tentu familiar dengan merek Kratingdaeng. Merek ini cukup populer di Indonesia dan beberapa negara di Asia terutama pada beberapa tahun yang lalu. Di beberapa negara, merek minuman ini dikenal juga dengan nama Red Bull dan beroperasi di beberapa negara dunia. Namun tahukah Anda cerita di balik ini sebelum produk ini masuk ke pasaran.

Semua bermula pada awal tahun 1970-an, ketika Dietrich Mateschitz mengunjungi negara Asia selama beberapa lama. Selama kunjungannya, ia memerhatikan bahwa banyak manajer Asia yang memiliki kebiasaan minum sejenis sirup sebelum meeting. Tujuannya agar tetap terjaga dan dapat berkonsentrasi selama meeting atau acara yang panjang. Dia pun membuat kategori produk ini sebagai minuman berenergi.

Ia membawa temuan ini ke Austria dan mencoba mengembangkan produk ini dan mulai memperkenalkan minuman yang diberi merek “Red Bull”. Perusahaan menetapkan positioning produk ini sebagai minuman yang menyediakan energi dalam kegiatan olahraga yang membutuhkan konsentrasi dalam lingkungan yang dinamis seperti ski salju, sepeda gunung, panja tebing, dan olahraga otomotif. Kebijakan inilah yang menuntun perusahaan terjun pada arena Formula 1 sebagai sponsor.

Formula 1 dianggap sebagai olahraga yang menarik media dengan penonton skala besar internasional berjumlah lebih dari 350 juta orang pada saat itu. Formula 1 juga dianggap sebagai kendaraan promosi yang baik untuk membawa merek kuat untuk menawarkan kesempatan baik diekspos media.

Bagi pihak tim tentu mengharapkan kucuran dana yang besar untuk menunjang kegiatan operasional. Sedangkan sponsor mencari pengembalin yang besar dari investasi. Dan dipercaya ada interaksi positif antara sponsor dan media berkaitan dengan investasi  pada bidang olahraga. Semakin banyak publikasi dan cakupan pemberitaan pada televisi akan semakin memberikan daya tarik yang besar pada pihak sponsor.

Banyak sponsor juga tidak hanya memanfaatkan ruang iklan tetapi juga meningkatkan interaksi antara perusahaan dan konsumen selama penyelenggaraan Grand Prix. Dengan banyak berinteraksi dengan konsumen dengan baik dan menyediakan membuat konsumen senang, pihak sponsor termasuk Red Bull percaya dengan kegiatan ini merek perusahaan terangkat dan meningkatkan loyalitas konsumen.

Apakah investasi ini sebenarnya membuahkan hasil? Banyak perusahaan pesaing memilih media promosi lain yang memakan dana lebih sedikit. Tapi yang jelas Red Bull berhasil menembus pasar di beberapa negara dan lambing dua banteng merah beradu ini familiar di banyak konsumen.

Artikel ini diadaptasi dari buku Marketing Communication 2nd edition karangan Chris Fill
Newer Post Older Post Home

1 comment: