Masih Mau Jual Kelewat Mahal? Baca ini Dulu !!!

By | 07:51 Leave a Comment

Tidak banyak di antara kita yang mengenal nama 3DO. Namun bagi orang yang pernah bekerja di Silicon Valley, kasus ini adalah kasus legendaris yang menjadi contoh bagi banyak perusahaan terutama di dunia elektronik dan IT di dunia. Beberapa tahun yang lalu di kala industri permainan game didominasi oleh Sega dan Nintendo. 3DO diluncurkan dengan menawarkan perangkat permainan dengan teknologi tercanggih pada saat itu. Perangkat permainan ini telah menghadirkan efek 3D, satu-satunya di industri pada saat itu.

Untuk mendongkrak penjualan perangkat, 3DO mengadakan kerja sama dengan para pengembang game. Agar menarik, 3DO mengenakan biaya lisensi yang sangat rendah saat itu (sebesar 3 dollar per kaset). Perangkat ini mulai dijual pada bulan Oktober 1993, diproduksi oleh Matsushita, memakai brand Panasonic dan dijual dengan harga 699 dollar. Meskipun perusahaan berhasil mencapai kesepakatan dengan ratusan pengembang game, hanya 50 game yang tersedia pada bulan pertama saat itu. Tidak ada satu pun game yang dapat “dijagokan” seperti Sony dalam Sega ataupun Mario Bros dalam Nintendo. Perusahaan gagal mendapatkan pemacu penjualan perangkat ini.

Di sisi lain harga yang mahal menjadi permasalahan lain. Pada saat itu perangkat Sega 16 bit dan Super Nintendo dijual dengan harga di bawah 100 dollar. Jauh lebih murah daripada perangkat 3DO meskipun dengan teknologi yang lebih sederhana. Setelah membandingkan dengan harga pesaing, konsumen merasa harga perangkat benar-benar sangat mahal dan tidak bersedia untuk melakukan justifikasi dengan membeli harga yang tinggi itu.

Penjualan yang rendah ini memberikan dampak buruk pada kinerja keuangan perusahaan. 3DO dilaporkan mengalami kerugian sebesar 51 juta dollar pada tahun pertama operasional. Harga saham perusahaan pun jatuh dari sekutar 47 dollar per lembar menjadi 11 dollar per lembar.

Untuk menyelamatkan perusahaan, 3DO mengambil langkah yang mengecewakan pihak pengembang yaitu dengan menaikan biaya lisensi dari 3 dollar menjadi 6 dollar. Semua pengembang mengajukan protes dan menekan perusahaan. Akhirnya 3DO bersedia mengalah dengan hanya menaikan 1 dolar per kasetnya. Pengembang semakin marah ketika mengetahui bahwa 3DO memutuskan akan mengembangkan sendiri game yang akan diliris.  Selain itu 3DO membuka sebanyak 6.000 toko, tiga kali dari jumlah awal untuk distribusi produk. Sebanyak 100 game baru diluncurkan ke pasar termasuk game “Demolition Man”. Game adaptasi dari film Sylvester Stallone yang diharapkan dapat mendongkrak penjualan. Harga penjualan pun dipotong sebesar 40 persen menjadi 399 dollar

Namun pada tahun 1994, Sony meluncurkan produk “PlayStation”, produk yang menawarkan teknologi yang terbilang canggih saat itu. Produk dijual dengan harga 299 dollar, di bawah harga perangkat 3DO. Akhirnya perangkat ini berhasil menguasai pasar dan menjadi pemain dominan di industri game selama bertahun-tahun. 3DO tidak dapat bersaing di industri dan tenggelam melihat Sony “menjajah” pasar game. 3DO pun tidak terdengar oleh sebagian besar konsumen sampai saat ini.

Pada kasus ini kita belajar bahwa produk canggih saja tidak cukup, perusahaan juga perlu memperhitungkan tanggapan dan respon konsumen pada produk yang diluncurkan. Perusahaan juga harus mengetahui seberapa sensitif konsumen pada harga dan seberapa besar uang yang konsumen mau keluarkan untuk membeli produk perusahaan.

Artikel ini diadaptasi dari buku Principles of Global Marketing karangan Warren J. Keegan dan Mark C. Green
Newer Post Older Post Home

0 comments: