Peluang Kerja/Usaha Mahasiswa Pertanian

By | 10:27 1 comment

Lazimnya, tahapan pembangunan diawali dengan pembangunan pertanian, pembangunan industri dengan penggerak utama agroindustri, pembangunan jasa dan pembangunan bidang informasi dan komunikasi. Pengalaman menunjukkan bahwa pembangunan yang berhasil di banyak negara, senantiasa diawali dengan suksesnya pembangunan pertanian. Tahapan pembangunan di Indonesia, tidak mengikuti urutan laju pembangunan tersebut, dan karenanya hasilnya juga belum seperti yang diharapkan.

Setelah kegagalan pembangunan di berbagai sektor, kini ada pemikiran agar pembangunan diarahkan dan dikonsentrasikan ulang ke sektor pertanian.

Alasannya adalah, karena pertanian diyakini sebagai:
• Sumber pangan,
• Potensi sumberdayanya yang besar dan beragam,
• Penyelamat perekonomian nasional,
• Potensi besar bagi investor PMA dan PMDN,
• Instrument kebijakan yang strategis untuk mengurangi kemiskinan, pemerataan pembangunan, dll.

Karena itu Presiden menginstruksikan Departemen Pertanian untuk melakukan Revitalisasi Pertanian. Untuk mensukseskan kebijakan tersebut, maka pendidikan kedinasan di bawah Departemen Pertanian apakah itu Sekolah Pembangunan Pertanian (SPP) maupun Sekolah Tinggi Pertanian (STP) juga ditingkatkan fasilitas dan SDM-nya. Hal yang sama, Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pertanian (P4TK-Pertanian) dan Politeknik Pertanian yang dibawah binaan Departemen Pendidikan, juga ditingkatkan fasilitasnya dan SDM-nya.

Walaupun upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan pertanian telah dilaksanakan, dan lapangan kerja lulusan pertanian ternyata juga bervariasi, lantas pertanyaannya adalah ’mengapa peminat calon mahasiswa ke ilmu-ilmu pertanian cenderung menurun’?

Alasannya adalah a.l.
• Citra Pertanian yg kurang ‘branded’ (Misalnya: Terkesan kumuh, Bersentuhan dengan petani kecil, Mencangkul, dll).
• Bekerja di bidang pertanian itu ‘Kurang Menjanjikan’.
• Publikasi yg ‘Kurang Memberikan Value Added’ ke bidang pertanian.
• Publikasi dari Penyelenggara Pendidikan Pertanian juga Kurang.
• Kebijakan pemerintah yang kurang memihak pertanian,
• Kurangnya ’menjual’ pendidikan pertanian, dll

Pertanyaannya adalah benarkah Ilmu Pertanian kurang menjanjikan sehingga kurang peminat?

Sebaran Lulusan Fakultas Pertanian

Tulisan FP-UGM yang berjudul: ”Lulusan Berkarakter: Calon Pemimpin Masa Depan”. menginformasikan hasil penelusuran terhadap 700 wisudawan FPUGM yang berasal dari tahun angkatan 1998 s/d 2005 menunjukkan bahwa:
• 75.7% lulusan mencari pekerjaan pada saat mereka lulus,
• 17.0% lulusan dapat langsung berwiraswasta dan
• 7.3% lulusan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Setelah beberapa saat, lulusan yang bekerja menyebar ke berbagai ragam bidang minat, seperti terlihat sbb: Bekerja di bidang ilmu pertanian (25.9%), BUMN-Perbankan (15,3%), BUMN dan swasta non-perbankan (12,1%), PNS di luar peneliti dan pendidik (11,7%), Berwiraswasta di bidang pertanian (9,9%), Peneliti dan pendidik (9,3%), Langsung melanjutkan studi dgn pindah minat (5.0%), Langsung melanjutkan studi mendalami bidang pertanian (1,2%) dan Pekerjaan lainnya (9,6%).

Data tsb. menunjukkan bahwa lulusan pertanian hanya sekitar 37,0% yang meneruskan karirnya sebagai ‘ahli pertanian” (point 1, 5 dan 8), sedangkan sisanya sebesar 63,0% meniti karirnya diluar ‘ahli pertanian’. Pertanyaannya sekarang adalah salah pendidikan pertanian sekarang ini sehingga alumninya tidak sepenuhnya bekerja di sektor pertanian?

Pemerintah telah menetapkan kalau masyarakat Indonesia akan menjadi KBS pada tahun 2025. Masyarakat KBS adalah masyarakat yang menyadari kegunaan dan manfaat informasi. Masyarakat demikian akan memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk mengakses dan memanfaatkan informasi serta menjadikan informasi sebagai nilai tambah dlm peningkatan kualitas kehidupan.
Pemerintah menginginkan agar lulusan pertanian sbb:
‘Today’s student….Tomorrow’s Knowledge Worker’..As knowledge workers,they , must be equipped not simply with technical know-how. But also with the ability to create, analyze and transform information and to interact with others’ (Alan Greespan, 2006).

Dalam kerangka itulah, maka Pemerintah mengeluarkan UU No 17 Thn 2007 tentang RPJPN 2005-2025, di mana Pemerintah telah menetapkan misi pembangunan nasional sebagai upaya untuk memperkuat kemandirian bangsa. Dalam berbagai pendapat menyebutkan bahwa ‘kemandirian suatu bangsa’ tercermin, antara lain, pada ketersediaan SDM yg berkualitas dan mampu memenuhi tuntutan kebutuhan dan kemajuan pembangunannya.

Mengapa diperlukan SDM yg Berkualitas? Pengalaman dari 150 negara menunjukkan bahwa SDM yang berkualitas akan mampu melakukan inovasi (45%), network (25%), teknologi (20%) dan memelihara sumberdaya alam (10%).

Ciri masyarakat KBS, antara lain: melek teknologi, pekerja pemikir dan kreatif, mampu bekerja dan menyesuaikan diri dengan perubahan global, dan mampu bekerja dengan ICT.

Karena itulah maka lulusan S1 dituntut untuk mampu memenuhi cirri masyarakat KBS tersebut. Lulusan S1 memang tidak disiapkan untuk bekerja, namun disiapkan untuk mampu di-didik kembali untuk memperoleh pekerjaan sesuai dengan keinginannya. Misalnya lulusan S1 pertanian yang ingin bekerja sebagai bupati, maka ia harus mampu dan siap di mengikuti pelatihan kepamong-prajaan. Begitu pula kalau ingin bekerja sebagai anggota DPR mereka harus siap dan mampu mengikuti pelatihan perpolitikan.

Untuk itu semua,maka lulusan pertanian dalam kerangka mensukseskan KBS sebaiknya mereka harus mampu bukan saja di aspek kognitifnya, tetapi juga aspek lainnya seperti: lulusan yang melek teknologi, lulusan yang pemikir dan kreatif, lulusan yang mampu bekerja dan menyesuaikan diri dengan perubahan global, dan lulusan yang mampu mampu bekerja dengan ICT.

Bagaimana Pendidikan Pertanian di Era Global Ini?

Era global seperti yang sekarang kita hadapi ini, sebenarnya merupakan suatu proses yang keberlanjutan dari era-era global sebelumnya. Berbagai pendapat menunjukkan bahwa ada tiga macam era global yang muncul sejak abad 15 yang lalu, yaitu:

1/.Era global pertama yang dicirikan oleh kondisi di mana munculnya perubahan-perubahan (key agent of changes) pada saat itu disebabkan karena adanya peran empat kekuatan yang dimiliki oleh negara yang kuat, yaitu kekuatan otot (muscle power), kekuatan angin (wind power), kekuatan daya kuda (horse power), dan kekuatan mesin uap (steam power). Era globalisasi pertama itu didominasi oleh bangsa-bangsa maju khususnya Eropa yang umumnya menguasai keempat key agent of changes itu.

2/.Era globalisasi kedua, berlangsung dari abad ke-19 sampai akhir abad ke-20. Faktor pendaya guna utama pada globalisasi kedua itu adalah penemuan-penemuan di bidang teknologi elektronika dan telekomunikasi. Pada masa itu, ditemukan telegram dan telepon, yang kemudian berkembang dengan penemuan satelit, serat optik, dan diakhiri dengan penemuan di bidang teknologi informatika dengan penemuan personal computer dan internet atau world wide web. Globalisasi kedua ini memungkinkan jangkauan yang semakin mudah ke berbagai tempat dipenjuru dunia. Pada globalisasi kedua itu, dominasi bangsa-bangsa Eropa mulai berkurang dan perannya digantikan oleh dominasi korporasi-perusahaan multinasional (multinational corporations) yang umumnya menguasai key agent of change di bidang teknologi elektronika dan telekomunikasi.

3/.Globalisasi ketiga di era kita sekarang ini, dicirikan dengan kemajuan teknologi informasi yang telah menjadikan dunia semakin sempit (the shrinking globe), karena begitu mudahnya orang berkomunikasi dari berbagai belahan bumi manapun. Pendaya guna utama di era globalisasi ketiga itu, adalah teknologi informasi, khususnya yang diaplikasikan untuk membuka berbagai akses globalatau the global access. Jika globalisasi kedua, ditandai dengan dominasi berbagai perusahaan multinasional, maka globalisasi ketiga tidak lagi didominasi oleh perusahaan multinasional saja, akan tetapi oleh siapapun bahkan oleh ‘individu sekali pun’ asal dapat memanfaatkan akses global untuk meraih berbagai peluang yang tersedia.
Setiap era globalisasi muncul, senantiasa diikuti dengan munculnya peluang dan juga sekaligus muncul tantangan. Karena itu, untuk memanfaatkan berbagai peluang di era globalisasi tersebut, maka kita harus memahami tiga hal penting; yaitu:

• open competition;
• interdependency; dan
• competitiveness.

Open competition adalah kondisi di mana persaingan terbuka yang semakin meluas dan menyangkut berbagai dimensi kehidupan. Karena kompetisi itu semakin terbuka dan meluas, dengan sendirinya tingkat kompleksitas dari kompetisi itu sendiri, sehingga mendorong terjadinya ‘interdependency’.

Interdependency adalah muncul karena desakan untuk semakin diperlukannya aspek saling ketergantungan atau interdependency antara satu sama lain.

Competitiveness muncul sebagai konsekuensilogis dari dua cirri di atas. Competitiveness diperlukan untuk menghadapi kompetisi yang semakin meluas dan saling ketergantungan satu sama lain tersebut.

Keberadaan ketiga hal tersebut yang merupakan ciri pada masa era global sekarang ini memang harus direspon oleh semua pihak, termasuk oleh lulusan fakultas pertanian.
.
KESIMPULAN

Pendidikan Pertanian diprediksi masih tetap menjanjikan hingga akhir RPJPN 2025, karena alas an bahwa Indonesia pada dasarnya adalah negara agraris yang masih memerlukan ahli-ahli pertanian untuk meningkatkan nilai tambah (value added). Bukan itu saja, sector pertanian masih tetap diperlukan dan mendapatkan prioritas karena sector ini mampu berperan sebagai Sumber pangan, Potensi sumberdayanya yang besar dan beragam, Penyelamat perekonomian nasional, Potensi besar bagi investor PMA dan PMDN, dan merupakan Instrument kebijakan yang strategis untuk mengurangi kemiskinan, pemerataan pembangunan.

Kalau hingga sekarang masih ada orang meragukan Pendidikan Pertanian, itu semata-mata disebabkan karena kelirunya memberikan citra Pendidikan Pertanian, misalnya Citra Pertanian yg kurang ‘branded’ (Misalnya: Terkesan kumuh, Bersentuhan dengan petani kecil, Mencangkul, dll), Bekerja di bidang pertanian itu ‘Kurang Menjanjikan’. Itu semua disebabkan karena Publikasi yang ‘kurang memberikan Value Added’ ke bidang pertanian, Publikasi dari penyelenggara pendidikan pertanian juga kurang, Kebijakan pemerintah yang kurang memihak pertanian dan Kurang mampunya ’menjual’ pendidikan pertanian.

Terpaan era global seperti sekarang ini bukan saja di dominasi oleh perusahaan multinasional saja, akan tetapi oleh siapapun bahkan oleh ‘individu sekali pun’ sepanjang ybs mampu memanfaatkan akses global untuk meraih berbagai peluang yang tersedia. Karena era global sekarang ini muncul dan diikuti dengan munculnya peluang dan juga sekaligus muncul tantangan, maka tiga cirri di era global sekarang ini harus dikuasai, yaitu: open competition; interdependency; dan competitiveness. Untuk menguasai tiga hal tersebut, maka lulusan pertanian bukan saja mempunyai penguasaan kognitif ilmunya yang tinggi, tetapi juga soft skilss dan bahkan harus melek teknologi, mampu sebagai pekerja pemikir dan kreatif, mampu bekerja dan menyesuaikan diri dengan perubahan global, dan mampu bekerja dengan ICT/teknologi Informasi.

-------------------------
*Disampaikan dalam rangka menyambut mahasiswa baru S1, S2 dan S3 di Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Tgl 3 September 2008.
**Prof. Dr. Soekartawi adalah Professor di Universitas Brawijaya, kini diperbantukan di Depdiknas, Gedung C,Lantai-2, Jln. Jend. Sudirman, Jakarta 10270, dan focal point bidang pendidikan di ASEAN Secretariat.
Newer Post Older Post Home

1 comment:

  1. menurut saya peluang kerja semua lulusan pertanian sangatlah banyak dan prospeknya cerah pak Agroteknologi.web.id sumber informasi pertanian indonesia

    ReplyDelete