Strategi Komunitas dan Rasa Kekeluargaan #35

By | 09:24 Leave a Comment
Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Komunitas berasal dari bahasa Latin communitas yang berarti "kesamaan", kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti "sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak". (Wenger, 2002: 4).

Menurut Crow dan Allan, Komunitas dapat terbagi menjadi 3 komponen: 1. Berdasarkan Lokasi atau Tempat Wilayah atau tempat sebuah komunitas dapat dilihat sebagai tempat dimana sekumpulan orang mempunyai sesuatu yang sama secara geografis. 2. Berdasarkan Minat Sekelompok orang yang mendirikan suatu komunitas karena mempunyai ketertarikan dan minat yang sama, misalnya agama, pekerjaan, suku, ras, maupun berdasarkan kelainan seksual. 3. Berdasarkan Komuni Komuni dapat berarti ide dasar yang dapat mendukung komunitas itu sendiri.(Wikipedia)

Yang pasti komunitas terbentuk karena adanya kesamaan-kesamaan, seperti pada penjelasan di atas, kesamaan dapat ditemukan dalam tiga hal:; lokasi/tempat/wilayah/asal/, minat, dan berdasarkan ide dasar dalam sekelompok yang ingin membangun komunitas.

Tujuan dari membangun komunitas antara lain adalah menjalin rasa, membunuh sepi, mencari solusi, membangun sesuatu, sampai menolong sesama yang bukan anggota komunitas sekalipun.

Jika dikaitkan kedalam dunia pemasaran, ada sebuah artikel bagus menurut saya yang dapat menjadi asosiasi   dalam hal ini, artikel tersebut ditulis oleh Tuhu Nugraha Dewanto di Virtual.co.id, berikut ini artikelnya:


Tren yang terjadi saat ini, brand berlomba-lomba membangun komunitas atau mendekati komunitas untuk memasarkan produknya. Punya komunitas yang loyal adalah impian dari banyak pemasar. Berbagai produk berusaha membangun komunitas, tapi tak jarang mereka gagal dan frustasi. Sebenarnya bagaimana sebuah komunitas dibangun?

Komunitas memang sangat unik, sebagian besar komunitas yang sukses dan disegani saat ini justru dibangun secara tidak sengaja. Tapi bukan tidak mungkin, sejak awal sebuah komunitas dibangun demi kepentingan tertentu, misalnya kepentingan brand.  Pengalaman jatuh bangun membangun komunitas Gilamotor  , memberikan banyak pembelajaran menarik ,bagaimana membangun sebuah komunitas.

Sebelum beranjak lebih lanjut membahas variabel apa saja yang dibutuhkan untuk membangun komunitas, perlu disamakan persepsi, bahwa komunitas yang dimaksud adalah sebuah kumpulan manusia yang merasa terikat dengan identitas tertentu, dan loyal pada komunitasnya. Komunitas disini bukan sekedar sejumlah akun yang “likes” Facebook, atau jumlah follower Twitter, atau jumlah enggota forum, tapi harus ada ikatan emosional antar anggotanya dengan komunitas.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membangun komunitas, berdasarkan pengalaman membangun komunitas Gila Motor  adalah sebagai berikut:

Money Can’t Buy Community
Kalau Mastercard pernah bikin kampanye “There are somethings that money can’t buy”, maka ini sangat relevan dengan membangun sebuah komunitas. Lupakan cara pandang bahwa ketika Anda punya duit yang banyak, tinggal blast kemana-mana, bagi-bagi hadiah maka orang akan terkumpul, dan jadilah sebuah komunitas. Bila Anda berpikir komunitas adalah angka, maka Anda boleh berpuas diri. Tapi sesungguhnya komunitas bukan tentang jumlah angka, karena esensi dari komunitas adalah ikatan emosional.

Komunitas adalah sekumpulan orang yang bergabung karena kesamaan visi, tujuan, hobi dll. Mereka akan menjadi evangelist dan influencer bagi komunitas dan juga dilingkungannya. Untuk di awal tidak ada salahnya menarik mereka misal dengan membagi hadiah, tapi bila mereka yang terkumpul hanya tertarik karena hadiahnya saja, maka yang terbentuk bukanlah sebuah komunitas, tapi hanya sekedar kumpulan orang. Karena sekumpulan orang tersebut, tidak akan mempunyai kekuatan apapun.

Jadi kesimpulannya, untuk membangun komunitas Anda tidak perlu budget yang besar, karena komunitas bukan tentang jumlah, tapi tentang kualitas. Oleh karena itu Komitmen dan Ketulusan menjadi variabel yang  sangat penting, yang akan di bahas sebagai variabel berikutnya.

Komitmen & Ketulusan
Ketika sebuah brand ingin membangun komunitas, maka dibutuhkan sebuah komitmen dan ketulusan. Komunitas membutuhkan sosok yang hadir di tengah-tengah kerumunan. Komunitas-komunitas yang besar seperti Kaskus, Fashionese Daily, Kompasiana, ketika Anda menyebut komunitas ini maka melekat dengan figur tertentu misalnya A. Darwis di Kaskus, Hanzki dan Affie di Fashionese Daily, serta Pepih Nugraha di Kompasiana

Di sisi lain, komunitas harus dibangun dengan sebuah paradigma ketulusan, bukan dengan cara pandang eksploitatif.  Anggota komunitas jangan dipersepsikan sebagai konsumen yang siap dijejali dengan iklan produk. Mereka seharusnya diedukasi tentang hal-hal yang bermanfaat buat mereka, yang terkait dengan produk. Anggota komunitas disini harus diperlakukan sebagai teman.

Kegiatan Offline/ Kopdar
Keunikan lain komunitas online di Indonesia adalah, komunitas online yang kuat dan berkembang adalah mereka yang secara rutin punya kegiatan offline. Kegiatan-kegiatan ini adalah tempat dimana semua anggota bisa saling bertemu, dan juga penggagas komunitas atau seseorang yang ditokohkan di komunitas tersebut,  hadir di tengah-tengah anggotanya. Kegiatan offline ini akan menguatkan ikatan emosional anggota komunitas, dan membuat komunitas makin dikenal luas. Mengapa demikian? Karena dengan kegiatan offline ini selain menjadi lebih akrab dengan anggota yang lain, mereka merasa mendapatkan manfaat bisa ngumpul-ngumpul karena pada dasarnya orang Indonesia sangat suka berteman dan berkumpul.

Penghargaan & Pengakuan
Komunitas itu pada intinya adalah individu yang ingin dihargai, dan ingin dikasih reward. Tapi jangan berpikir bahwa penghargaan harus berupa hadiah, atau uang. Penghargaan yang dibutuhkan bagi anggota komunitas sekedar misalnya, membuat jenjang keanggotaan di komunitas, sambutan buat anggota baru, penyebutan dan perlakuan khusus bagi anggota yang teraktif, mengundang mereka untuk memberikan pendapat bagaimana mengembangkan komunitas dll.

Atribut Komunitas
Komunitas adalah tentang ekskusivitas, oleh karena itu perlu ada sesuatu yang khas yang hanya dipahami atau dimiliki oleh komunitas tersebut. Karena ini ibarat semen yang akan merekatkan ikatan antara anggota komunitas. Atribut komunitas mulai dari yang sederhana misal stiker, kaos,  bahasa, hingga emoticon sendiri seperti yang dibuat di Gilamotor  . Dalam kasus Gila Motor, keberadaan emoticon Gila Motor di luar dugaan mendapat sambutan luar biasa, anggota komunitas banyak mengadaptasi emoticon Gila Motor menjadi avatar mereka di FB dan Twitter, bahkan beberapa anggota juga menyumbangkan ide emoticon untuk Gila Motor. Bagi anggota, ini adalah sebuah kebanggaan sebagai bagian dari komunitas.

Komunitas adalah Investasi Jangka Panjang
Hal ini sangat penting untuk dipahami, apalagi jika ingin membangun komunitas online demi kepentingan brand. Untuk membangun sebuah komunitas demi kepentingan brand, efeknya bagi brand tidak akan serta merta, cara kerjanya sekali lagi lebih mirip PR yang bertahap dan berjangka panjang untuk meningkatkan awareness dan loyalty pada sebuah produk. Mungkin bagi beberapa orang, cara kerja sebuah komunitas membuat mereka tak sabaran.

Penjualan kok gak naik naik ya? Padahal sudah punya komunitas begitu banyak? Padahal sudah membangun sekian lama? Pertanyaan-pertanyaan ini kemungkinan akan muncul. Jadi pikirkan dulu sebelum membangun sebuah komunitas, jadi Anda punya ekspektasi yang sesuai. Komunitas yang loyal mungkin butuh kesabaran, dan waktu yang panjang tapi akan membantu keberlangsungan brand dalam jangka panjang, serta meningkatkan loyalitas konsumen, dimana loyalitas konsumen menjadi sesuatu yang sangat mahal di era hyperkompetitif saat ini.
Newer Post Older Post Home

0 comments: